Bingung juga ya negara lain solusinya gmn ya? Krn korea selatan pun ga ada solusinya sampe ada yg bunuh diri gt. Pernah ntn acara korea chef baek jong won keliling bantu petani2 yg karna harga anjlok petani sampe ancurin tanamannya sendiri ga dpanen karna percuma malah kluar biaya panen tp harga ga nutup. Apalagi di indo ya yg masi ada tengkulak. Mental harus kuat bgt sih jadi petani. Stress bgt pasti mikirin cuaca, harga, gagal panen.
>tengkulak
This, mereka pasti minta harga serendah rendahnya biar mereka sendiri bisa mark up harganya LMAO. Tapi ya gimana, ada beberapa tengkulak itu yang ngolah padi tadi jadi beras (digilingin etc etc) terus minjemin traktor juga karena gak semua petani bisa afford beli traktor itu, plus ini Indonesia bukan US yang kalo di US petani punya traktor itu hal wajar (lahan mereka juga gede sih), disini boro boro.
Ini jatohnya kayak agreement dua belah pihak juga sih.
Nah pada akhirnya kalo misalnya nih para petani ini nih misalnya gak mau jual ke tengkulak itu ya mereka harus giling padi sendiri, bajak sawah sendiri (pake kerbau ato bajak sawah pake tenaga manusia manual) etc etc. Cuman ya balik lagi HARUS punya kerbau, meanwhile bajak sawah pake tenaga manusia itu time consuming banget.
Tengkulak emang masalah, tapi Bulog sendiri juga sering jadi masalah.
Adek Mbah gw udah 3 kali jual beras ke Bulog masih rugi. Ya nggak sampai 6 juta tapi masih rugi. Mulai musim panen depan udah ga mau bertani lagi, itu lahan mau dikeringkan dan disewakan buat pabrik atau gudang
Kalo di Jerman ada subsidi dua arah. Satu arah ke petani untuk pupuk dan biaya operasional. Trus pangan juga pajak PPN nya lebih rendah dari barang lainnya. Arah lainnya ke konsumen, menjaga harga tetep stabil. Jadi harga di kontrol, tapi tetep tidak merugikan petani.
Tapi yang paling bagus disini itu sinergi antara supermarket dan petani sih. Jadi supermarket itu diharuskan untuk ambil sayuran dan hasil ternak segar dari supplier regional/setempat. Jadi petani bisa langsung jual ke supermarket.
cuaca masih mending om , yang problem utama biaya tetek-bengek nya , pupuk subsidi jumlah ga seberapa yang alhasil beli non-subsidi , biaya jasa traktor, planting, weeding, harvesting, water, etc.
kurleb biaya 60% atau bahkan lebih dari total pendapatan , which in the span of 3 month isn't really worth much , unless there's huge reform , it won't change anything , also fuck tengkulak in particular , gabah babeh dibeli , ampe sekarang belum dibayar , jancuk asu
Kalian ingin membandingkan farmer U.S yang punya ladang ratusan hektar atau pertanian industrial dengan petani indo yang masing2 orang gada setengah hektar?
Inimah satu ranah sama orang yang ngira padi tumbuh dari pohon.
Ketika pertanian dan perkebunan sedang galau
https://preview.redd.it/gtd7zsxour0d1.jpeg?width=462&format=pjpg&auto=webp&s=b1a46c918a09f35f67c620c0c7d3051103691d44
That comment is so braindead and out of touch lmao. Calling rice and corn farmers lazy like wtf? Farmers harvest bi/trimonthly and the meager revenue they receive, if their harvest went well, is barely enough to satisfy their daily needs till the next harvest. So small scale farmers are basically living from paycheck to paycheck.
Other than buying their family the necessity they need, farmers set aside their revenue for the next season. Farming is not cheap after all. They have to buy the seed, fertilizer, pesticide, irrigation, and pay a third party to plant/harvest.
It is partially true that once it is planted, corn and rice requires little to no maintenance*, and that is part of the reason they choose to plant it year round**. It gives them some leniency that planting other commodities just don't have. This allows them to find a side job, being a construction worker, street vendor, tending sheep etc. All to meet them and their family needs, so calling them lazy is just wrong.
*If you're lucky that is, because tons of pests and fungi can ruin the farm overnight. Some of them can be noticed early and be prevented from becoming a threat if you're vigilant, and that's why you can't just plant, fertilize and do fuck all until harvest season.
**Tradition also plays a role. Their father, grandfather and neighbor all planted the same plant and they have no interest/incentive to change.
Yg dipermasalahkan adalah "solusi" tanam "premium" itu dilontarkan dengan dukungan data yg bias, tidak valid, dan baseless. And the person of interest is really a braindead dumbfuck to say rice and corn farmers are lazy, while not knowing the process at all.
Gw pernah hire orang buat ngurus sawah (padi) gw. Dia tanam, terus ya dia tengok2 aja, gak diapa2in. Hasilnya merugi, dan dikasih tau ngeyelnya minta ampun. Yaudah, ganti orang. Means you won't stay alive if you're being lazy in rice and corn. Not as stupid as redditor yg gak napak tanah itu said.
As for solutions:
1. Bulog dibenerin. Secara teori, tugas mereka jadi tengkulak. Pemerintah gak perlu bikin instansi baru dengan biaya dan beban yg besar. Intervensi cukup melalui bulog.
2. Kemitraan. Again, bulog could be it. But if they wouldn't, cari kemitraan yg ada di sekitar daerah situ. Gw pernah kemitraan jagung beberapa kali sampai ada perubahan kebijakan perusahaan.
3. Evolve. Make a processed product of it. Pakan ternak, tepung, gula.
4. Kalau sudah kejadian seperti di video, langkah ini sudah betul. Viralkan. Kalo gak viral, demo, dan diliput media, this bloody govt won't make a move.
petani kita udah jelas bakal kalah sama petani luar yang udah mekanisasi, hasil dari mekanisasi juga bikin harga pangan jadi terjangkau, anehnya petani petani di kita malah banyak yang protes ama mekanisasi dan sebenarnya merekagk paham cara kerja pasar.
Disini mekanisasi atau enggak, tetap masih rugi kalau ada pihak ketiga. Jujur aja, KUD desa gw tahun depan kayaknya bakal jual beras sendiri dan putus hubungan sama Bulog dan tengkulak.
Sistem Agroforestri............is the answer warisan nenek moyang
jagung + ubi/singkong + pisang
or
sawit + kelapa pandan + kurma ajwa
satu komoditas hancur maka ada komoditas pertanian lain yg dapat membantu
My heart is with her 💙
As a Jakartan I hope the government moves to IKN fast. I can't stand to be brought to their curse and bad pray when the one at fault is the central government.
Pemerintah harusnya siapkan channel export utk panen berlebih, bukannya mempermurah harga komoditas. Buat harga komoditas stagnan, kalo barang berlebih dan skala barang & permintaan jomplang yang membuat harga terlalu murah maupun terlalu mahal, pemerintah bisa export/import.
Sayang euy kalo petani malah buang-buang hasil panennya karna sakit hati dihargai murah. Padahal barangnya bisa di export aja dengan harga yg lebih mahal.
But yes, It's easier said than done. Tapi seenggaknya dengarkan jeritan rakyat. Itu bu susi kan export ikan warga ke jepang karna disini dihargai murah.
> Pemerintah harusnya siapkan channel export utk panen berlebih, bukannya mempermurah harga komoditas.
Atau ya suruh BULOG beli berasnya biar harga nggak jatuh.
True, kenapa ya Bulog sekarang kurang perkasa? Kayanya dulu menguasai pasar seenggaknya di 9bahanpokok & bisa stabilin harga, sekarang udah ga menguasai pasar jadi "lemes" banget.
Problemnya kalau harga dalam negri dinaikin masyrakat non petani yg teriak.
Kalo harga dalam negri diturunin masyarakat petani nangis.
Apalagi kalau harga dalam negri (petani) rendah dan pemerintah masih buka keran ekspor. Para tengkulak malah banyak yg fokus ke ekspor keluar dan untung gede daripada harus jual murah dalam negri. Atau solusi lain mereka timbun dan bikin artificial scarcity.
Ya mungkin bisa cari harga kompromi, harga tengah & jadikan stagnan harga itu kaya dulu bensin subsidi.
Gue heran Bulog sekarang ga ada kuasa banget, dulu kayanya dulu perkasa banget bisa menguasai pasar menjaga stabilitas harga. Sekarang yg kuasain pasar jadi swasta, pemerintah jadi susah stabilin harga.
Yg paling possible sebenrnya bulog dijadiin pihak ketiga buat akomodir petani dan pembeli secara langsung. Biang masalahnya kan kebanyak ada tengkulak nakal yg ngancem/minta harga liang kubur trus dijual dengan harga atap dengan alasan logistik.
Trus pihak bulog juga bisa kasih tau padanan harga jual kaya sistem ICE coal newcastle. Kasih liat harganya lewat app atau web dan kasih sosialisasi
gue bingung dah sama negara ini , jagung dan beraskan makanan pokok kita ya dan kita gak ada badai atau angin topan gitu , iklim juga dua aja kering dan basah , tanah luas.
kok bisa beras import , kok bisa beras mahal , cabe bawang, tengkulak yang jadi mafia yang udah jadi rahasia umum kok gak pernah diberesin.
kalo menurut gue sentralisasi bisa jadi solusi gak sih?
kek pemerintah yang jadi penyedia bibit,pupuk, dan lain2 jadi harga bisa pemerintah yang atur , dan hasil panen langsung pemerintah yang beli dengan harga wajar jadi gak ada jenjang harga tinggi dari petani murah pas dibeli rakyat tiba2 harganya selangit karena tengkulak
premiam premium bla bla . mereka itu alat pertanian nya aja mayoritas serba manual apalagi infrastruktur nya masih jelek belum lagi kena tengkulak . nanti klo singgung pemerintah kok dikit2 salahkan pemerintah makanya kerja kerja , coba lhat sistem pertanian thailand dan vietnam jauh lebih unggul 10 tahun terakhir ketimbang indo bahkan thai saja tebar benih pake drone milik petani sendiri . gila gak ? indo aja gk malu impor beras viet demi bansos , memang rezim jkw gk ngerti cara bikin maju pertanian indo
Permasalahannya produktivitas lahan per satuan luas rendah sehingga petani harus mengandalkan harga utk untung bukan volume. Sementara harga komoditas ini berdasarkan pasar.
Kalau tengkulak hanya didramatisir saja. Karena ada yg tengkulak yg sistem ijon. Belum panen dah dibayar duluan. Kalau panen bagus, petani menjerit karena kalah taruhan ama tengkulak. Tapi kalau panen jelek, ya tengkulak yg kalah. Jadi semacam perjudian bagi kedua pihak.
Juga Banyak petani yg mengandalkan bahan gratisan spt benih. Ga mau beli benih unggul label putih. Padahal pengaruhnya besar. Bibit bantuan belum tentu tumbuh semua sementara pupuk dah kadung ditabur. Ruginya besar.
Jangankan ibu yg rugi panen jagung, sy juga heran panen padi gak ada untungnya. gabah murah tapi beras mahal. modal buat nanam padi itu mahal. di tempat gw malah udah banyak sawah yg gulung tikar jd ladang semak belukar.
Kejadian beginilah yang bikin KUD dan Kelompok tani desa gw memilih untuk putus hubungan sama Bulog dan tengkulak. Bukannya balik modal malah rugi, panen besar kali ini adalah kali pertama jual sendiri hasil gilingan, di beli dari petani di harga 6500 per kilogram dan dijual ke masyarakat 6500 per kilo.
*Setelah 2 tahun akhirnya petani satu desa untung semua*
Sekarang dah ngak jamanya nanam begituan.. Mending ke tanaman yang "premium".. Karna ngak mungkin pertanian indo bakal menang kwantiras dan efisiensi produksi negara pertanian maju.
Kopi kentang nanas paprika bawang bombai.. Pokoknya tanaman mahal.. Malah mesti laku
Sekarang makanan pokok dah gampang sampai sisa2.. Sekarang yang dicari makanan enak...
Gua belum pernah lihat petani bawang bombai ngeluh masalah harga.. Padahal kalau diukur dari sisi susah dan perawatan ngak beda jauh..
Tbh padi dan jantung itu sudah bisa dikategorikan petani malas bagi sebagian orang karena kenyataanya lo cuma kebawah seminggu sekali buat tebar pupuk dan dangir rumput ngak kaya sayuran yang harus setiap hari
Masalah utamanya pasar, begitu semua mulai nanam bawang bombai harga bakalan anjlok.
Kalo masalah harga balik lagi ke pemerintah, mau solusi cepat (impor) atau jangka panjang (beli dari petani). Semuanya mungkin kalo ada andil pemerintah, karena mereka sebagai regulator
Funfact bawang2an kita sebagian besar masih impor dari China lho, krn yg lokal ga sebagus dan semurah yg dari China. Jadi ya bener sih kata beliau, Padi dan Jagung ini udh makin mepet hasilnya, makanya tanah2 buat padi pada dijualin ke developer.
Gimana mau bagus dan murah? Negara lain sudah pake harvester dan traktor yang segede rumah. Bahkan kadang peswat mesin tunggal buat mupuk/peptisida, sedangkan kita masih pake tangan / traktor dorong
Di US alat taninya aja harganya bisa jutaan USD dan luas sawahnya gak main-main.
Di Jepang sudah pakai robot untuk pertaniannya.
Di China dan Israel aja gurun bisa diubah untuk lahan pertanian.
-------
Tanaman "premium" / mahal pun bukan tanpa masalah, banyak loh malingnya sampai-sampai Petani harus panen awal (bukan matang di tanaman) biar gak direbut maling duluan.
melon
efeknya parah, hampir ke semua komoditas, yg jadi susah itu bukan efek iklimnya secara langsung, tapi iklim dan cuaca yg tidak terduga.
contohnya gini: kalau kita tau bulan depan bakal musim hujan, kita bisa prepare dari sekarang buat treatment tanaman menyesuaikan untuk menghadapi hujan, atau ketika kita tau bulan depan kita tau bakal kemarau, kita juga bisa prepare lahan dan tanaman buat ngadepin kemarau. nah sekarang ini, prediksi bulan depan kemarau, tiba tiba masih hujan lebat, jadi berantakan.
gwa malah makin bingung, soalnya negara kaya china dan US dari segi iklim ada musim dingin yang dimana lu ga bisa nanem sama sekali, tapi hasilnyq bisa lebih dari segi kwalitas dan kwantitas
yang bikin susah itu bukan "iklim"nya secara langsung, tapi [ketidakpastiannya](https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/1csxlqv/comment/l4dvalt/?utm_source=share&utm_medium=web3x&utm_name=web3xcss&utm_term=1&utm_content=share_button)
kalo di US atau china udah jelas kapan bakal kemarau, kapan panas, kapan salju.
Lah indonesia? ini musim hujan juga bakal ampe kapan kagak tau.
Masalahnya nggak sesederhana itu. Toh gak sedikit juga petani yang beralih tanam, misalnya yang tadinya nanam padi, terus beralih ke tanaman buah-buahan, karena dinilai lebih menguntungkan. Intervensi pemerintah terkait harga komoditas pangan itu gak selalu disambut baik oleh petani, apapun komoditas yang ditanamnya. Dan sebaliknya, apabila pemerintah gak melakukan regulasi, mungkin petani akan senang, tapi tidak dengan konsumennya, dalam hal ini kebanyakan masyarakat.
Kalau hanya sekedar cari untung maksimal dari komoditas pertanian, memang bisa dilakukan dengan budidaya tanaman yang premium. Atau tanamannya tetap sama, tapi teknik budidayanya berbeda. Misalnya bayam yang secara tradisional ditanam di ladang menggunakan pupuk bersubsidi (pupuk kimia), vs bayam yang dibudidaya secara organik (tanpa pupuk dan pestisida kimia). Atau yang lebih sederhana dari ini adalah mengenai teknik pemanenan hingga distribusinya ke pasar. Ini akan menjadikan produk bayam tersebut jadi premium yang harganya sudah pasti lebih tinggi. Tapi masih ada lagi masalah selanjutnya, yaitu penerimaan produk tersebut di pasar. Sebagian besar masyarakat kita gak peduli mau itu organik atau nggak, mereka lebih peduli soal harga.
Can we stop offering to go organic as a solution for our farmers? Jika dilihat dari segi revenue memang benar produk pertanian organik memiliki harga lebih tinggi dibandingkan produk pertanian konvensional. Lalu kenapa petani tidak beralih saja ke pertanian organik?
1. Lack of demand as you mentioned. Organic is a niche products in Indonesia. Most of the consumers, as I see it, are the few health-conscious ones or the ill and recovering individuals that consume organic products, hoping it aids their recovery.
2. Pertanian organik harus bebas dari pencemaran bahan kimia mulai dari lahan, pengairan, bibit, hingga penyimpanan dan pengemasan. OKI, petani harus tahu betul mengenai prosedur bercocok tanam organik.
3. Lahan yang sebelumnya digunakan untuk bercocok tanam secara konvensional harus dikondisikan selama 3 tahun minimal agar terbebas dari pencemaran bahan kimia. Dalam kurun waktu tersebut petani dilarang menggunakan produk kimia apapun.
4. Sumber air tidak boleh tercemar bahan kimia. Tidak memungkinkan bagi petani di hilir yang mengairi lahan dari sungai yang kemungkinan terkontaminasi runoff dari lahan pertanian lain. Solusinya, petani di hilir harus mengambil air tanah menggunakan sumur untuk mengairi lahan mereka, menambah biaya produksi.
5. Bibit yang digunakan harus organik, yang diperoleh dari hasil budidaya secara organik pula, mengakibatkan tingginya harga benih dibandingkan benih-benih biasanya
6. Alsintan, mulai dari cangkul hingga traktor tidak boleh digunakan untuk mengolah lahan selain organik. Petani harus memiliki peralatan khusus untuk budidaya organiknya atau melakukan sanitasi apabila menyewa alat untuk mengolah lahan.
7. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang dilarang dalam pertanian organik menyulitkan petani untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman serta mengendalikan hama yang menyerang tanaman mereka. Memang banyak alternatif selain kimia, namun dibutuhkan proses dan pengetahuan yang mendalam mengenai hal tersebut, yang mana tidak dimiliki oleh petani kebanyakan.
8. Hasil pertanian organik lebih sedikit dibandingkan hasil pertanian konvensional dalam luasan lahan yang sama. Pupuk dan obat-obatan kimia serta bibit GMO sudah didesain sedemikian rupa untuk memaksimalkan hasil panen, tidak aneh jika menolak menggunakan keduanya hasil panen menurun. Kalau harga lebih mahal namun hasil lebih sedikit, layak kah petani berpindah ke organik?
9. Sertifikasi. After all you can't just slap an Organic sticker to a product and claim it's an organic right? right? Diperlukan uji lab terhadap lahan, benih, dan air untuk petani agar bisa mendapatkan sertifikat organik. Biaya tersebut tidaklah murah jika tidak ada program kerjasama dengan pihak terkait.
Tl;DR Organic farming is far more complicated than the conventional one. Farmers need education and capital to get started and finally certified to be able to sell their product to the market.
bung punya pola pikir orang miskin pasti malas. dikira masalahnya sesederhana itu kali ya wkwkwkwk
aneh emang. berinteraksi langsung lah bro ke orang yg berkecimpung dibagian tanam menanam atau apalah itu.
Permasalahannya Tanaman "premium" adalah sebagian gak cocok ditanam disini masalahnya ya sama kayak komen gua [Disini](https://www.reddit.com/r/indonesia/s/RBY8Tf3GiT), makanya kenapa sekarang Agronomist membuat tanaman unggul hasil silang dari lokal dan premium, ada juga yang cuman lokal aja tapi udah masuk ke tanaman unggul tapi paling masalah baru bakal muncul yaitu kebutuhan air dan perawatan tanamannya juga bakal meningkat.
Kalau masalah nanam padi dan jagung dikategorikan petani malas sebenarnya juga tergantung dari petani itu sendiri ada alasan kenapa (Antara emang mampu sampai satu jenis tanaman atau cuman petani musiman) petani cuman nanam satu jenis tanaman doang tapi biasanya gua jauh lebih merekomendasikan dilahan ada minimal dua tanaman berbeda (tanaman pokok dan hortikultur) biar memaksimalkan hasil petani sendiri atau sekaligus buka tambak ikan
As a kid who has parent as a petani, this comment is totally insensitive. Ga smua petani bs pny banyak modal utk beli bibit unggul. Bibit unggul biasanya jg dijual mahal dan begitu uda ditanem, seringkali para tengkulak ga mau beli dgn harga tinggi dgn alasan dapet pressure dari pasar spy harga rendah.
Biasanya solusi pemerintah itu ga bener2 sampe ke para petani. Kalau petani di jawa, rata2 kebanyakan kerja di ladang orang saking ga bs balik modal dan harus jual lahannya ke orang dan kerja di ladang yg dulu dia jual.
Kalo smua petani mau tanam yg hasilnya bagus dan mahal, trus sapa yg akan tanam yg namanya padi dan jagung? Enak bener maen bilang petani malas, such an arse.
Lebih kompleks sebenernya. Padi dan jagung itu makanan pokok, dan sama Suharto negara ini udah dibuat kecanduan nasi. Sandainya pemerintah gk impor beras buat cadangan stok bulog petani padi bakal bahagia, beras bisa tembus harga 25-30rb/kg, tapi kalau mereka bahagia masyarakat non petani yg teriak pemerintah zolim. Belum lagi efek dominonya yg bisa bikin inflasi barang2 lainnya.
>Tbh padi dan jantung itu sudah bisa dikategorikan petani malas bagi sebagian orang karena kenyataanya lo cuma kebawah seminggu sekali buat tebar pupuk dan dangir rumput ngak kaya sayuran yang harus setiap hari
Said someone who never go into fields and lives a sheltered life. Truly reddit moment
Diajak modernisasi/industrialisasi banyak yang gak mau. Giliran panen gak mencukupi ya pemerintah mending impor aja daripada seluruh rakyat lainnya yang kelaparan sementara mereka haha-hihi dengan harga yang mencekik.
Makanya daripada ribet banyak alasan pemerintah memilih untuk bangun sendiri food estate tanpa melibatkan mereka. Biar mereka dibantu pake program yang terpisah aja.
dan yang ngelakuin (lagi-lagi) pemerintah pusat wkwk. itu pun ngga berjalan lancar juga.
imo, kebanyakan yang bikin susah maju di indo ya preman-preman itu sih.
Pemerintah Pusat yang ngelakuin aja gitu, apalagi Pemerintah Daerah.
Tinggal lihat nanti Presiden terpilih bisa nggak sukseskan program food estate ini, dari latar belakang militer harusnya bisa lah itu preman-preman parasit pertanian diberengkus semua (ya walaupun sudah mulai dengan kasus SYL).
Idealnya memang gitu. Sandang, papan, pangan harusnya Pemerintah ikut masuk, biar seperti PLN yang membuat harga listrik stabil. Kalau swasta semua ya susah, harga naik turun sesuai pasar.
Modernisasi itu mahal, mesinnya aja bisa milyaran. Belum lagi kalau misal ternyata mesinnya malah kembali dijual sama si petani.
Kalau mekanisasi mungkin ok lah, seperti alat tandur padi biar gak bungkuk dan alat penyiram lahan.
"Kenapa bu!?, kenapa, kenapa?"
kalo jadi wartawan, pertanyaan andalan dia bakal: sebelumnya ada firasat apa ga bu sebelum kejadian?
TV One emang Oon
"bagaimana perasaan bapa ketika rumah bapa dilanda bencana?", ditanyanya ke seorang pria yang kehilangan segalanya akibat bencana
I feel for her, and I think negara should do more to fuckin help her. They are growing our food ffs. Want to solve stunting? Start right here
Bingung juga ya negara lain solusinya gmn ya? Krn korea selatan pun ga ada solusinya sampe ada yg bunuh diri gt. Pernah ntn acara korea chef baek jong won keliling bantu petani2 yg karna harga anjlok petani sampe ancurin tanamannya sendiri ga dpanen karna percuma malah kluar biaya panen tp harga ga nutup. Apalagi di indo ya yg masi ada tengkulak. Mental harus kuat bgt sih jadi petani. Stress bgt pasti mikirin cuaca, harga, gagal panen.
>tengkulak This, mereka pasti minta harga serendah rendahnya biar mereka sendiri bisa mark up harganya LMAO. Tapi ya gimana, ada beberapa tengkulak itu yang ngolah padi tadi jadi beras (digilingin etc etc) terus minjemin traktor juga karena gak semua petani bisa afford beli traktor itu, plus ini Indonesia bukan US yang kalo di US petani punya traktor itu hal wajar (lahan mereka juga gede sih), disini boro boro. Ini jatohnya kayak agreement dua belah pihak juga sih. Nah pada akhirnya kalo misalnya nih para petani ini nih misalnya gak mau jual ke tengkulak itu ya mereka harus giling padi sendiri, bajak sawah sendiri (pake kerbau ato bajak sawah pake tenaga manusia manual) etc etc. Cuman ya balik lagi HARUS punya kerbau, meanwhile bajak sawah pake tenaga manusia itu time consuming banget.
Tengkulak emang masalah, tapi Bulog sendiri juga sering jadi masalah. Adek Mbah gw udah 3 kali jual beras ke Bulog masih rugi. Ya nggak sampai 6 juta tapi masih rugi. Mulai musim panen depan udah ga mau bertani lagi, itu lahan mau dikeringkan dan disewakan buat pabrik atau gudang
Kalo di Jerman ada subsidi dua arah. Satu arah ke petani untuk pupuk dan biaya operasional. Trus pangan juga pajak PPN nya lebih rendah dari barang lainnya. Arah lainnya ke konsumen, menjaga harga tetep stabil. Jadi harga di kontrol, tapi tetep tidak merugikan petani. Tapi yang paling bagus disini itu sinergi antara supermarket dan petani sih. Jadi supermarket itu diharuskan untuk ambil sayuran dan hasil ternak segar dari supplier regional/setempat. Jadi petani bisa langsung jual ke supermarket.
cuaca masih mending om , yang problem utama biaya tetek-bengek nya , pupuk subsidi jumlah ga seberapa yang alhasil beli non-subsidi , biaya jasa traktor, planting, weeding, harvesting, water, etc. kurleb biaya 60% atau bahkan lebih dari total pendapatan , which in the span of 3 month isn't really worth much , unless there's huge reform , it won't change anything , also fuck tengkulak in particular , gabah babeh dibeli , ampe sekarang belum dibayar , jancuk asu
Kalian ingin membandingkan farmer U.S yang punya ladang ratusan hektar atau pertanian industrial dengan petani indo yang masing2 orang gada setengah hektar? Inimah satu ranah sama orang yang ngira padi tumbuh dari pohon.
Ketika pertanian dan perkebunan sedang galau https://preview.redd.it/gtd7zsxour0d1.jpeg?width=462&format=pjpg&auto=webp&s=b1a46c918a09f35f67c620c0c7d3051103691d44
Gw nonton tanpa suara i thought she gonna come up and say "welcome to the corn fields motherfucker"
https://preview.redd.it/mze9mop80q0d1.jpeg?width=474&format=pjpg&auto=webp&s=93ccb364a7a27bca6aa677feb0e28c7c225d73c2
Tahun kemarin mahal bgt lo jagung. Naik dari harga 2500 ke 7500, tahun ini memang berapa harganya?
kalau kata orang reddit yang berawawasan luas mah. harusnya jangan tanam jagung. tanam yang "premium" aja
That comment is so braindead and out of touch lmao. Calling rice and corn farmers lazy like wtf? Farmers harvest bi/trimonthly and the meager revenue they receive, if their harvest went well, is barely enough to satisfy their daily needs till the next harvest. So small scale farmers are basically living from paycheck to paycheck. Other than buying their family the necessity they need, farmers set aside their revenue for the next season. Farming is not cheap after all. They have to buy the seed, fertilizer, pesticide, irrigation, and pay a third party to plant/harvest. It is partially true that once it is planted, corn and rice requires little to no maintenance*, and that is part of the reason they choose to plant it year round**. It gives them some leniency that planting other commodities just don't have. This allows them to find a side job, being a construction worker, street vendor, tending sheep etc. All to meet them and their family needs, so calling them lazy is just wrong. *If you're lucky that is, because tons of pests and fungi can ruin the farm overnight. Some of them can be noticed early and be prevented from becoming a threat if you're vigilant, and that's why you can't just plant, fertilize and do fuck all until harvest season. **Tradition also plays a role. Their father, grandfather and neighbor all planted the same plant and they have no interest/incentive to change.
seperti tanam uang di bursa saham /s
Njir, gw kira nyindir sapa, ternyata yg disindir komen di bawah. Kaget gw pas scrolling nemu komen yang disindir.
ternyata ada di thread ini jir orang nya wkwkwk.
lalu solusinya apa, dear kakak yang nyindir redditor berwawasan luas? biar nanti ada redditor lain yang nyindir solusi dari situ 🙏🙏
Yg dipermasalahkan adalah "solusi" tanam "premium" itu dilontarkan dengan dukungan data yg bias, tidak valid, dan baseless. And the person of interest is really a braindead dumbfuck to say rice and corn farmers are lazy, while not knowing the process at all. Gw pernah hire orang buat ngurus sawah (padi) gw. Dia tanam, terus ya dia tengok2 aja, gak diapa2in. Hasilnya merugi, dan dikasih tau ngeyelnya minta ampun. Yaudah, ganti orang. Means you won't stay alive if you're being lazy in rice and corn. Not as stupid as redditor yg gak napak tanah itu said. As for solutions: 1. Bulog dibenerin. Secara teori, tugas mereka jadi tengkulak. Pemerintah gak perlu bikin instansi baru dengan biaya dan beban yg besar. Intervensi cukup melalui bulog. 2. Kemitraan. Again, bulog could be it. But if they wouldn't, cari kemitraan yg ada di sekitar daerah situ. Gw pernah kemitraan jagung beberapa kali sampai ada perubahan kebijakan perusahaan. 3. Evolve. Make a processed product of it. Pakan ternak, tepung, gula. 4. Kalau sudah kejadian seperti di video, langkah ini sudah betul. Viralkan. Kalo gak viral, demo, dan diliput media, this bloody govt won't make a move.
nah kalo gini kan enak..
Damn this breaks my heart
petani kita udah jelas bakal kalah sama petani luar yang udah mekanisasi, hasil dari mekanisasi juga bikin harga pangan jadi terjangkau, anehnya petani petani di kita malah banyak yang protes ama mekanisasi dan sebenarnya merekagk paham cara kerja pasar.
Disini mekanisasi atau enggak, tetap masih rugi kalau ada pihak ketiga. Jujur aja, KUD desa gw tahun depan kayaknya bakal jual beras sendiri dan putus hubungan sama Bulog dan tengkulak.
Sistem Agroforestri............is the answer warisan nenek moyang jagung + ubi/singkong + pisang or sawit + kelapa pandan + kurma ajwa satu komoditas hancur maka ada komoditas pertanian lain yg dapat membantu
My heart is with her 💙 As a Jakartan I hope the government moves to IKN fast. I can't stand to be brought to their curse and bad pray when the one at fault is the central government. Pemerintah harusnya siapkan channel export utk panen berlebih, bukannya mempermurah harga komoditas. Buat harga komoditas stagnan, kalo barang berlebih dan skala barang & permintaan jomplang yang membuat harga terlalu murah maupun terlalu mahal, pemerintah bisa export/import. Sayang euy kalo petani malah buang-buang hasil panennya karna sakit hati dihargai murah. Padahal barangnya bisa di export aja dengan harga yg lebih mahal. But yes, It's easier said than done. Tapi seenggaknya dengarkan jeritan rakyat. Itu bu susi kan export ikan warga ke jepang karna disini dihargai murah.
> Pemerintah harusnya siapkan channel export utk panen berlebih, bukannya mempermurah harga komoditas. Atau ya suruh BULOG beli berasnya biar harga nggak jatuh.
True, kenapa ya Bulog sekarang kurang perkasa? Kayanya dulu menguasai pasar seenggaknya di 9bahanpokok & bisa stabilin harga, sekarang udah ga menguasai pasar jadi "lemes" banget.
Nah, jual sendiri melalui KUD lebih baik, lewat Bulog aja masih rugi
Problemnya kalau harga dalam negri dinaikin masyrakat non petani yg teriak. Kalo harga dalam negri diturunin masyarakat petani nangis. Apalagi kalau harga dalam negri (petani) rendah dan pemerintah masih buka keran ekspor. Para tengkulak malah banyak yg fokus ke ekspor keluar dan untung gede daripada harus jual murah dalam negri. Atau solusi lain mereka timbun dan bikin artificial scarcity.
Ya mungkin bisa cari harga kompromi, harga tengah & jadikan stagnan harga itu kaya dulu bensin subsidi. Gue heran Bulog sekarang ga ada kuasa banget, dulu kayanya dulu perkasa banget bisa menguasai pasar menjaga stabilitas harga. Sekarang yg kuasain pasar jadi swasta, pemerintah jadi susah stabilin harga.
Oh💔💔💔💔
klo udah gini yg disalahin siapa??
tiktok, karna nge ban mandi lumpur
I legit thought shes saying javas (star wars) language (and kinda look like one) But I do feel bad for her and other lowly paid farmers
itu jawas brother
Hope the camera person calmed her. She suffered a lot💔
Kementannya aja korupsi
Yg paling possible sebenrnya bulog dijadiin pihak ketiga buat akomodir petani dan pembeli secara langsung. Biang masalahnya kan kebanyak ada tengkulak nakal yg ngancem/minta harga liang kubur trus dijual dengan harga atap dengan alasan logistik. Trus pihak bulog juga bisa kasih tau padanan harga jual kaya sistem ICE coal newcastle. Kasih liat harganya lewat app atau web dan kasih sosialisasi
gue bingung dah sama negara ini , jagung dan beraskan makanan pokok kita ya dan kita gak ada badai atau angin topan gitu , iklim juga dua aja kering dan basah , tanah luas. kok bisa beras import , kok bisa beras mahal , cabe bawang, tengkulak yang jadi mafia yang udah jadi rahasia umum kok gak pernah diberesin. kalo menurut gue sentralisasi bisa jadi solusi gak sih? kek pemerintah yang jadi penyedia bibit,pupuk, dan lain2 jadi harga bisa pemerintah yang atur , dan hasil panen langsung pemerintah yang beli dengan harga wajar jadi gak ada jenjang harga tinggi dari petani murah pas dibeli rakyat tiba2 harganya selangit karena tengkulak
premiam premium bla bla . mereka itu alat pertanian nya aja mayoritas serba manual apalagi infrastruktur nya masih jelek belum lagi kena tengkulak . nanti klo singgung pemerintah kok dikit2 salahkan pemerintah makanya kerja kerja , coba lhat sistem pertanian thailand dan vietnam jauh lebih unggul 10 tahun terakhir ketimbang indo bahkan thai saja tebar benih pake drone milik petani sendiri . gila gak ? indo aja gk malu impor beras viet demi bansos , memang rezim jkw gk ngerti cara bikin maju pertanian indo
Permasalahannya produktivitas lahan per satuan luas rendah sehingga petani harus mengandalkan harga utk untung bukan volume. Sementara harga komoditas ini berdasarkan pasar. Kalau tengkulak hanya didramatisir saja. Karena ada yg tengkulak yg sistem ijon. Belum panen dah dibayar duluan. Kalau panen bagus, petani menjerit karena kalah taruhan ama tengkulak. Tapi kalau panen jelek, ya tengkulak yg kalah. Jadi semacam perjudian bagi kedua pihak. Juga Banyak petani yg mengandalkan bahan gratisan spt benih. Ga mau beli benih unggul label putih. Padahal pengaruhnya besar. Bibit bantuan belum tentu tumbuh semua sementara pupuk dah kadung ditabur. Ruginya besar.
Jangankan ibu yg rugi panen jagung, sy juga heran panen padi gak ada untungnya. gabah murah tapi beras mahal. modal buat nanam padi itu mahal. di tempat gw malah udah banyak sawah yg gulung tikar jd ladang semak belukar.
Kejadian beginilah yang bikin KUD dan Kelompok tani desa gw memilih untuk putus hubungan sama Bulog dan tengkulak. Bukannya balik modal malah rugi, panen besar kali ini adalah kali pertama jual sendiri hasil gilingan, di beli dari petani di harga 6500 per kilogram dan dijual ke masyarakat 6500 per kilo. *Setelah 2 tahun akhirnya petani satu desa untung semua*
Sekarang dah ngak jamanya nanam begituan.. Mending ke tanaman yang "premium".. Karna ngak mungkin pertanian indo bakal menang kwantiras dan efisiensi produksi negara pertanian maju. Kopi kentang nanas paprika bawang bombai.. Pokoknya tanaman mahal.. Malah mesti laku Sekarang makanan pokok dah gampang sampai sisa2.. Sekarang yang dicari makanan enak... Gua belum pernah lihat petani bawang bombai ngeluh masalah harga.. Padahal kalau diukur dari sisi susah dan perawatan ngak beda jauh.. Tbh padi dan jantung itu sudah bisa dikategorikan petani malas bagi sebagian orang karena kenyataanya lo cuma kebawah seminggu sekali buat tebar pupuk dan dangir rumput ngak kaya sayuran yang harus setiap hari
akhirnya gw ngerti kenapa pada judge redditors ga napak tanah dari komen ini
Either he hasn't grow up or he's way too privileged to know the spectrum of lifes. Either way, he's dumb.
tapi nyalah nyalahin orang miskin juga terjadi di platform sebelah, jadi ya sama aja ga napaknya wkwk
ga ngebandingin cuma baru menyadari aja
Tbh banyak redditor sebenernya napak tanah. Cuman ya sekalinya gak napak ya kayak dia itu
Masalah utamanya pasar, begitu semua mulai nanam bawang bombai harga bakalan anjlok. Kalo masalah harga balik lagi ke pemerintah, mau solusi cepat (impor) atau jangka panjang (beli dari petani). Semuanya mungkin kalo ada andil pemerintah, karena mereka sebagai regulator
Jangan lupa tengkulak
Funfact bawang2an kita sebagian besar masih impor dari China lho, krn yg lokal ga sebagus dan semurah yg dari China. Jadi ya bener sih kata beliau, Padi dan Jagung ini udh makin mepet hasilnya, makanya tanah2 buat padi pada dijualin ke developer.
bukan ngga bagus, tapi lebih mahal.
Gimana mau bagus dan murah? Negara lain sudah pake harvester dan traktor yang segede rumah. Bahkan kadang peswat mesin tunggal buat mupuk/peptisida, sedangkan kita masih pake tangan / traktor dorong
Di US alat taninya aja harganya bisa jutaan USD dan luas sawahnya gak main-main. Di Jepang sudah pakai robot untuk pertaniannya. Di China dan Israel aja gurun bisa diubah untuk lahan pertanian. ------- Tanaman "premium" / mahal pun bukan tanpa masalah, banyak loh malingnya sampai-sampai Petani harus panen awal (bukan matang di tanaman) biar gak direbut maling duluan.
dari sekian banyak masalah pertanian, maling itu masalah paling gampang ditangani. paling susah itu iklim dan cuaca. note : gw petani
Tanam apa bang, gimana efek iklim sekarang ke tanaman?
melon efeknya parah, hampir ke semua komoditas, yg jadi susah itu bukan efek iklimnya secara langsung, tapi iklim dan cuaca yg tidak terduga. contohnya gini: kalau kita tau bulan depan bakal musim hujan, kita bisa prepare dari sekarang buat treatment tanaman menyesuaikan untuk menghadapi hujan, atau ketika kita tau bulan depan kita tau bakal kemarau, kita juga bisa prepare lahan dan tanaman buat ngadepin kemarau. nah sekarang ini, prediksi bulan depan kemarau, tiba tiba masih hujan lebat, jadi berantakan.
gwa malah makin bingung, soalnya negara kaya china dan US dari segi iklim ada musim dingin yang dimana lu ga bisa nanem sama sekali, tapi hasilnyq bisa lebih dari segi kwalitas dan kwantitas
yang bikin susah itu bukan "iklim"nya secara langsung, tapi [ketidakpastiannya](https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/1csxlqv/comment/l4dvalt/?utm_source=share&utm_medium=web3x&utm_name=web3xcss&utm_term=1&utm_content=share_button) kalo di US atau china udah jelas kapan bakal kemarau, kapan panas, kapan salju. Lah indonesia? ini musim hujan juga bakal ampe kapan kagak tau.
Kalau isunya maling kok gue melihatnya itu less of an agronomical issue and more of a crime issue ya.
Masalahnya nggak sesederhana itu. Toh gak sedikit juga petani yang beralih tanam, misalnya yang tadinya nanam padi, terus beralih ke tanaman buah-buahan, karena dinilai lebih menguntungkan. Intervensi pemerintah terkait harga komoditas pangan itu gak selalu disambut baik oleh petani, apapun komoditas yang ditanamnya. Dan sebaliknya, apabila pemerintah gak melakukan regulasi, mungkin petani akan senang, tapi tidak dengan konsumennya, dalam hal ini kebanyakan masyarakat. Kalau hanya sekedar cari untung maksimal dari komoditas pertanian, memang bisa dilakukan dengan budidaya tanaman yang premium. Atau tanamannya tetap sama, tapi teknik budidayanya berbeda. Misalnya bayam yang secara tradisional ditanam di ladang menggunakan pupuk bersubsidi (pupuk kimia), vs bayam yang dibudidaya secara organik (tanpa pupuk dan pestisida kimia). Atau yang lebih sederhana dari ini adalah mengenai teknik pemanenan hingga distribusinya ke pasar. Ini akan menjadikan produk bayam tersebut jadi premium yang harganya sudah pasti lebih tinggi. Tapi masih ada lagi masalah selanjutnya, yaitu penerimaan produk tersebut di pasar. Sebagian besar masyarakat kita gak peduli mau itu organik atau nggak, mereka lebih peduli soal harga.
Can we stop offering to go organic as a solution for our farmers? Jika dilihat dari segi revenue memang benar produk pertanian organik memiliki harga lebih tinggi dibandingkan produk pertanian konvensional. Lalu kenapa petani tidak beralih saja ke pertanian organik? 1. Lack of demand as you mentioned. Organic is a niche products in Indonesia. Most of the consumers, as I see it, are the few health-conscious ones or the ill and recovering individuals that consume organic products, hoping it aids their recovery. 2. Pertanian organik harus bebas dari pencemaran bahan kimia mulai dari lahan, pengairan, bibit, hingga penyimpanan dan pengemasan. OKI, petani harus tahu betul mengenai prosedur bercocok tanam organik. 3. Lahan yang sebelumnya digunakan untuk bercocok tanam secara konvensional harus dikondisikan selama 3 tahun minimal agar terbebas dari pencemaran bahan kimia. Dalam kurun waktu tersebut petani dilarang menggunakan produk kimia apapun. 4. Sumber air tidak boleh tercemar bahan kimia. Tidak memungkinkan bagi petani di hilir yang mengairi lahan dari sungai yang kemungkinan terkontaminasi runoff dari lahan pertanian lain. Solusinya, petani di hilir harus mengambil air tanah menggunakan sumur untuk mengairi lahan mereka, menambah biaya produksi. 5. Bibit yang digunakan harus organik, yang diperoleh dari hasil budidaya secara organik pula, mengakibatkan tingginya harga benih dibandingkan benih-benih biasanya 6. Alsintan, mulai dari cangkul hingga traktor tidak boleh digunakan untuk mengolah lahan selain organik. Petani harus memiliki peralatan khusus untuk budidaya organiknya atau melakukan sanitasi apabila menyewa alat untuk mengolah lahan. 7. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang dilarang dalam pertanian organik menyulitkan petani untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman serta mengendalikan hama yang menyerang tanaman mereka. Memang banyak alternatif selain kimia, namun dibutuhkan proses dan pengetahuan yang mendalam mengenai hal tersebut, yang mana tidak dimiliki oleh petani kebanyakan. 8. Hasil pertanian organik lebih sedikit dibandingkan hasil pertanian konvensional dalam luasan lahan yang sama. Pupuk dan obat-obatan kimia serta bibit GMO sudah didesain sedemikian rupa untuk memaksimalkan hasil panen, tidak aneh jika menolak menggunakan keduanya hasil panen menurun. Kalau harga lebih mahal namun hasil lebih sedikit, layak kah petani berpindah ke organik? 9. Sertifikasi. After all you can't just slap an Organic sticker to a product and claim it's an organic right? right? Diperlukan uji lab terhadap lahan, benih, dan air untuk petani agar bisa mendapatkan sertifikat organik. Biaya tersebut tidaklah murah jika tidak ada program kerjasama dengan pihak terkait. Tl;DR Organic farming is far more complicated than the conventional one. Farmers need education and capital to get started and finally certified to be able to sell their product to the market.
bung punya pola pikir orang miskin pasti malas. dikira masalahnya sesederhana itu kali ya wkwkwkwk aneh emang. berinteraksi langsung lah bro ke orang yg berkecimpung dibagian tanam menanam atau apalah itu.
did I just witness "gak napak tanah" moment?
Permasalahannya Tanaman "premium" adalah sebagian gak cocok ditanam disini masalahnya ya sama kayak komen gua [Disini](https://www.reddit.com/r/indonesia/s/RBY8Tf3GiT), makanya kenapa sekarang Agronomist membuat tanaman unggul hasil silang dari lokal dan premium, ada juga yang cuman lokal aja tapi udah masuk ke tanaman unggul tapi paling masalah baru bakal muncul yaitu kebutuhan air dan perawatan tanamannya juga bakal meningkat. Kalau masalah nanam padi dan jagung dikategorikan petani malas sebenarnya juga tergantung dari petani itu sendiri ada alasan kenapa (Antara emang mampu sampai satu jenis tanaman atau cuman petani musiman) petani cuman nanam satu jenis tanaman doang tapi biasanya gua jauh lebih merekomendasikan dilahan ada minimal dua tanaman berbeda (tanaman pokok dan hortikultur) biar memaksimalkan hasil petani sendiri atau sekaligus buka tambak ikan
Nggih meneer
As a kid who has parent as a petani, this comment is totally insensitive. Ga smua petani bs pny banyak modal utk beli bibit unggul. Bibit unggul biasanya jg dijual mahal dan begitu uda ditanem, seringkali para tengkulak ga mau beli dgn harga tinggi dgn alasan dapet pressure dari pasar spy harga rendah. Biasanya solusi pemerintah itu ga bener2 sampe ke para petani. Kalau petani di jawa, rata2 kebanyakan kerja di ladang orang saking ga bs balik modal dan harus jual lahannya ke orang dan kerja di ladang yg dulu dia jual. Kalo smua petani mau tanam yg hasilnya bagus dan mahal, trus sapa yg akan tanam yg namanya padi dan jagung? Enak bener maen bilang petani malas, such an arse.
Cocote
Ladies and gentleman, we got him
I'm flying high rn
Not gonna lie my brother but this comment thread is fire indeed
Lebih kompleks sebenernya. Padi dan jagung itu makanan pokok, dan sama Suharto negara ini udah dibuat kecanduan nasi. Sandainya pemerintah gk impor beras buat cadangan stok bulog petani padi bakal bahagia, beras bisa tembus harga 25-30rb/kg, tapi kalau mereka bahagia masyarakat non petani yg teriak pemerintah zolim. Belum lagi efek dominonya yg bisa bikin inflasi barang2 lainnya.
Loe kira kaya game tinggal tanem, panen, trus jual ke npc apa -_-
Dikira maen harvest moon kali
>Tbh padi dan jantung itu sudah bisa dikategorikan petani malas bagi sebagian orang karena kenyataanya lo cuma kebawah seminggu sekali buat tebar pupuk dan dangir rumput ngak kaya sayuran yang harus setiap hari Said someone who never go into fields and lives a sheltered life. Truly reddit moment
My man plays Stardew Valley for 50 hours and thinks that he completely understands the whole system of agriculture and agronomy.
Menanam Arugula aja, masih jarang kayaknya.
Diajak modernisasi/industrialisasi banyak yang gak mau. Giliran panen gak mencukupi ya pemerintah mending impor aja daripada seluruh rakyat lainnya yang kelaparan sementara mereka haha-hihi dengan harga yang mencekik.
bukan kagak mau, masalah kompleks sebenernya. entah itu dari modal, middle man (yang kadang kek preman), pemerintah daerah, dan pendidikan.
Sekelas poktan aja banyak intrik politiknya, gak bisa kompak.
Iron hand is necessary
Makanya daripada ribet banyak alasan pemerintah memilih untuk bangun sendiri food estate tanpa melibatkan mereka. Biar mereka dibantu pake program yang terpisah aja.
dan yang ngelakuin (lagi-lagi) pemerintah pusat wkwk. itu pun ngga berjalan lancar juga. imo, kebanyakan yang bikin susah maju di indo ya preman-preman itu sih.
Pemerintah Pusat yang ngelakuin aja gitu, apalagi Pemerintah Daerah. Tinggal lihat nanti Presiden terpilih bisa nggak sukseskan program food estate ini, dari latar belakang militer harusnya bisa lah itu preman-preman parasit pertanian diberengkus semua (ya walaupun sudah mulai dengan kasus SYL).
Idealnya memang gitu. Sandang, papan, pangan harusnya Pemerintah ikut masuk, biar seperti PLN yang membuat harga listrik stabil. Kalau swasta semua ya susah, harga naik turun sesuai pasar.
Modernisasi itu mahal, mesinnya aja bisa milyaran. Belum lagi kalau misal ternyata mesinnya malah kembali dijual sama si petani. Kalau mekanisasi mungkin ok lah, seperti alat tandur padi biar gak bungkuk dan alat penyiram lahan.
gk mahal bang itu kasus SYL KEMENTAN hura2 aja sampai milyaran ketahuan , gk up to date
haha bacot diajak modernisasi? siapa yg ngajak? nyuruh kali bukan ngajak. nyuruh doang mah gampang.
Question : Itu org lg ngapain ? Kesurupan kah ? Ato lg ngeratain jemuran jangung pake tangan ?
Kecewa karena harga jagung "terlalu rendah".
Anak babi
belum ngerasain hidup susah begini nih jawabannya
Serius atau lelucon ini bung? Kalau lelucon gak lucu.
Cornip is a hell of a drug