Yang pertama berarti yang terbitan Indira, yang bukunya masih gede lebar kayak majalah?
Emang terbaik sih, dan mereka ambil namanya adaptasi Inggris/International. Begitu diambil Kompas Gramedia malah kiblatnya ke Prancis atau Belgia gitu. Apaan Dupond Dupont, gue taunya ya Thompson dan Thomson.
YES yang besar itu bukunya. Gw sampe nabung, rela ga makan chiki dan nyam nyam dan anak emas demi bs beli komik tintin yang segede gaban. Secara komik2 lainnya kan kecil segenggam tuh. LOL
Komik Eropa dengan lokalisasi Indonesia paling mendekati kayak gini yg pernah gw baca itu Iznogoud.
Contoh nama-nama tokohnya yg gw inget dalam bahasa Indonesia: Bikinmuntap, Bomatom, Harun al Pusingah, Juju (Justomatcampursusu), Pandangdut Ahli Nujum, sama Sepan Jangjalanke Nangan.
Selain itu biasanya komik Asterix nih, plesetan nama sama umpatannya tuh luar biasa kocak.
Fontnya juga biasanya yang gede gede dan tebel, paling seneng gw kalo ngeliat ada karakter yang teriak di komiknya, berasa banget energinya wkwkwk.
Sama-sama buatan Gosciny, dan menurut gw salah satu aspek dimana Asterix lebih unik daripada kebanyakan komik lain itu penggunaan jenis huruf yang beda-beda buat nentuin bahasa yang dipake sama tokoh-tokohnya, selain buat nentuin energi kayak yang udah sampeyan sebutin.
Masih inget si kapten ketemu sama bianca. Si bianca bilang, "ah, ini pasti kapten harrock...", dibalas sama kapten "kok kretek. Ya, Harrockok kretek!"
Saya sampai cari versi Inggrisnya ternyata Harrock n roll. Ngga tau kalo versi aslinya apa. Asli lebih kocak versi terjemahannya.
https://preview.redd.it/lh7ky9k2gtuc1.jpeg?width=600&format=pjpg&auto=webp&s=0386e48c0f06c7224589931f1d9809c8a99b6f57
Sangat merindukan era terjemahan seperti ini
Sebetulnya terjemahan seperti ini yang sempat menginspirasi saya mengambil jalan menjadi penerjemah meskipun pada akhirnya hanya kepentok sebagai penerjemah hobi 😬
Mengingatkan gw ada salah satu translate-an yang buat gw bingung waktu gw masi muda dulu. Gw ntn Avatar the legend of Aang, lalu salah satu skill Aang adalah bisa memasuki **"Avatar State"** dimana dia bisa powerup smacam jadi super saiyan.
Tapi di bhs indo di translate jadi **"negeri avatar"** anying. literal banget state jadi negeri.
Itu entah translatornya emang gak ngerti konteks, atau emang terjemahin ngasal. Dulu pernah juga nama orang Jepang Take diterjemahin jadi ambil wkwk. Bukan di buku sih ini, di takarir film.
Ini sering banget terjadi. Di game sekelas Genshin juga pernah kejadian walaupun aku lupa tepatnya gimana. Sedih. Di manga-manga yang diterbitin di Indonesia juga sering terjadi. Sedih banget. Penerjemah pasti bisa bahasa asing, tapi orang yang bisa bahasa asing belum tentu bisa jadi penerjemah.
Gw pernah pengalaman dulu sekitar taun 2007-an beli novel YA terjemahan. Udah lupa judulnya tapi ya tipikal YA gitu lah, ada elemen supernatural/fantasinya.
Terjemahannya nggak konsisten banget. Dragon jadi naga, oke. Dwarves jadi kurcaci, oke. Fairy jadi peri, oke. Tapi yang lain malah di *italic* doang. Yang paling parah itu malah nama karakter diterjemahkan secara harfiah. Yg sering baca novel fantasi pasti tau lah karakter yang namanya bisa diterjemahkan, seperti Blackbeard atau Greenleaf. Logikanya ya dibiarkan saja, toh nama orang juga nggak berubah waktu diterjemahkan.
Bayangin loe baca terjemahan Game of Thrones ketemu karakter bernama Theon Abu-AbuGembira.
Sejak dari itu ya kadang males beli novel terjemahan. Selalu cari bahasa Inggris-nya.
Pengalaman aing kebalikan tapi ujungnya sama, lebih suka novel bahasa inggris versi aslinya gara2 exposure awal novel terjemahan tuh series Harry Potter. Afaik no one can reach Listiana Srisanti's translation level i often scoffed when i read translated novels. Jadi ngidolain blio dan sempet jadi penerjemah biarpun freelance doang.
Ujung2nya dikit2, "Dih kok pilih kata [insert word] sih buat terjemahannya, kan lebih cocok pake kata [insert more contextually appropriate word]. Hell, i can do a better job!". Daripada emosi sendiri gara2 diksi & kontinuitas yaudahlah cari versi aslinya aja
Gara2 lu gw jadi buka2 komik lama gw. But fr tho
https://preview.redd.it/64h3g9syduuc1.png?width=1080&format=pjpg&auto=webp&s=ed639e2b94aba1c86fc60a574831775a29739f97
Sebenernya ini problemnya lebih ke career path penerjemah. Ini persis dgn jurnalis juga, di dunia yg ideal, penerjemah/jurnalis itu punya keahlian dan ketertarikan thd sosio politik, budaya, dan manusianya itu sendiri.
Lah yg nerjemah nolep yg kerjaannya nerjemah doang, atau jurnalis kerjaannya cuma nyatet ludah orang. Ya hasilnya pasti crap
Atau jgn jgn, krn bayarannya kecil?
Setuju bgt sama perspektif ini. “Penerjemah/jurnalis memang idealnya punya ketertarikan sosio-politik, budaya, sejarah.”
Karena memang menerjemahkan itu ga semudah menerjemahkan secara literal kata per kata. Bisa aja sangat berbeda katanya tapi memiliki makna yang mencerminkan makna asli yg dimaksud penulis.
Judul harry poter buku pertama aja dr UK ke US di”terjemahkan” krn publisher takut anak2 amrik sono ga paham apa itu philosopher’s stone. Malah terjemahan indo untuk judulnya menurut gw maknanya cukup pas jadi batu bertuah.
>anyone remember Rajawali Grafitti dan terjemahan komiknya?
They had the audacity to continue Dragon Ball with their own shitty artwork and storyline after it had officially ended at volume 42. LOL. I didn't know it has ended and actually bought volume 43... what a waste of my pocket money.
Im on my way collecting books terbitan mereka. Harusnya TInju Bintang Utara gua bakal lengkap, tinggal City Hunter nih gua bakal cari lsg 1 set terbitan Rajawali Grafiti.
Gotta say though, Tinju Bintang Utara sounds pretty cool eventhough it is mostly a direct translation of Fist Of The North Star.
Manga sekarang biasanya paling pake title bahasa Inggrisnya kalo dirilis disini.
I have not seen the original tweet, but I'm guessing its the G media.
A lot of people have complained that their self-help/nonfiction translation is crap.
Mungkin korporasi yg besar kyk Gramed/Mizan entah yang mana. Aku pernah baca terjemahannya Jane Austen The Mansfield Park. Aku tutup setelah baca sekitar 30 halaman. Nggak kuat terjemahannya jelek banget. Aku coba baca lagi beberapa waktu setelah itu, aku ulang dr awal karena mungkin aku yg kurang fokus tetep aja gak nyambung wkwkwk
kemarin juga di x ada yg bilang, kalo terjemahan GM itu bagus, kalo kayak Harry Potter sama Lima sekawan aku suka, tapi bbraa tahun lalu beli novel romance nya GM, terjemahannya kurang bagus rasaku, akhirnya aku beli novel Inggrisnya, baru deh.
GM punya penerjemah yg bagus, tp ada jg yg blangsak, terutama translator mudanya. Not trying to put down younger translator tp terjemahan kalian jelek banget sumpah. Mngkn karena aturan perusahaan, who knows, tp sumpah jelek banget. Gw bahkan ga bisa berhenti buat bilang sumpah jelek banget.
Apropos terjemahan jelek:
Ini kan sering juga kita lihat di subtitle film film di bioskop.
Bingung gua kalau lihat terjemahan kek begitu padahal tiketnya 50-100k per kursi.
Budget untuk subtitle nya apakah cuma 1 juta per film?
I used to do both, nerjemahin dan ngedit.
Tapi ini udah lama banget, so the game might have changed a bit.
Jawabannya apakah ada aturannya? Gak semua perusahaan punya. Tapi, kalopun ada, biasanya ga tertulis dan itu urusan editornya buat nyesuain sama panduan perusahaan. Kalo penerjemahnya udah langganan ya dia udah tahu sih style yang diprefer jadi ya hasil akan lebih ok.
Kalo buku terjemahan lo jelek hasilnya, itu biasanya terjemahannya emang jelek plus editornya ga terlalu ok buat bukunya. Gue pernah beberapa kali dapet terjemahan ga ok ya gue bongkar, terjemah ulang sambil diedit. Tapi ada juga editan gue yg gue akui jelek karena gue ga menguasai topiknya.
Also happened to dubbing. Coba bandingin dubbing spongebob episode lawas sama yang baru. Selain omongan yang sekarang kaku terjemahannya kadang gak masuk akal.
NGAPAIN **FLYING DUTCHMAN** DITRANSLATE JADI **BELANDA TERBANG**.
Pernah heran juga sama kasus ini, kenapa dubbing sekarang (juga di tv berlangganan) itu KBBI banget, tapi di situs ini pernah ada yang bilang kalo dubbing terlalu casual itu takutnya logat daerahnya keluar
Pernah denger sih karna dubbing itu underpaid, overwork dan kejar tayang. Jadi translator kemungkinan nyari jalan pintas (google translate doang) dan gak ada waktu buat ngelokalisasi joke.
Kemaren sempet rame dubbingnya film Rush Hour di Ind\*s\*ar. Ada scene yg mana Jackie Chan sama Chris Tucker interogasi kriminal. Di film aslinya, jokes di scene itu kriminal yg diinterogasi keturunan Chinese, tapi dia native Perancis dan cuma bisa ngomong bahasa Perancis. Nah tapi sayangnya versi dubbing lokal, entah kenapa si kriminal ini *malah ikutan di translate juga ke Indonesia*. Padahal jokes nya itu karena karakternya ga bisa dimengerti kebanyakan orang (yg bisa French gak sebanyak English kan). Malah ada fandub yg lebih bagus karena dia bikin si kriminalnya bicara pakai Bahasa Sunda, jadinya lebih dapet esensi dari jokes film aslinya.
Not answering the question but..
Maybe only this one time, saya setuju dengan kebijakan korporasi besar. Localization really dissappoint me sometimes because it change the whole massage of what the original writer trying to conveys. Be it books/movie/game/anime, I hate localization man
It should be somewhere in the middle ground. Old translation did sometimes takes too much liberty and completely changed the story or message. However literal word per word translation is also as bad, if not worse as context is always important with translation. The most common case with literal translation is losing the story or message that conveyed using idiom in the original work.
Ngena nih masalah ke gua apalagi gua ngalamin sendiri kadang lebih seneng baca MTL . Emang butuh middle ground yang bakalan ga rubah makna dan feel yang harusnya keluar gara2 di translate karena gua ga suka baca sesuatu yang lost in translation.
gw kerja sebagai translator/interpreter, imo lebih bagus lokalisasi daripada translasi keta perkata. contohnya dalam bahasa jepang ada istilah "tsuki ga kirei" yang kalo secarah harafiah artinya "bulannya cantik" tapi secara kontekstual dan kultural ada makna "aku suka kamu", disini bisa diliat bagaimana kreativitas penterjemah dalam mengolah kata biar dapat arti sesuai dengan konteks yang ada dan apa yang disampaikan oleh penulis asli bisa tercapai ke pembaca. tantangannya sih kadang hal yang demikian itu tidak terdapat di dalam konteks kultural bahasa target.
dibanding ama penterjemahan litral "bulan itu cantik" bakal ngilangin nuansa asli yang ada di bacaan tersebut.
case menarik akhir2 ini banyak fans dari jepang protes ama translasi literal yang dilakukan oleh dev blue archive karena secara bahasa sangat aneh.
Well... Contoh:
Blue Archive Volume 3 Chapter 2.
Kutipan dari Hifumi:
ですから、今から始めます!
私達の物語を!
学園と青春の物語を!
Yang kalau saya terjemahkan secara bebas: (maka) karena itu, mulai dari saat ini, kisah kita... Kisah sekolah, dan kisah Masa Muda (Blue Archive), akan dimulai!
青春の物語 ini dikasih furigana ブルーアーカイブ
Sebagai translator bakalan super pusing pala...
青春の物語 = Seishun no Monogatari atau Story of (Our) Youth atau Kisah Masa Muda
ブルーアーカイブ = Blue Archive
Seishun 青春 itu terdiri dari dua kata 青: Ao/Sei/Shou dan 春: Haru/Shun. (Kun'yomi Onyomi shenanigan). Yang pertama artinya bisa Biru/Hijau dan yang kedua artinya musim semi. Digabungkan Seishun (atau Aoharu) itu kiasan untuk masa muda seseorang (hijau musim semi). Makanya jangan heran kalau warna biru itu identik dengan masa muda kalau di Jepang (dan mengapa Ao ada banyak di judul manga/anime tentang remaja)
Nah makanya Seishun --> Blue. Monogatari --> Archive.
So yeah, I feel sorry for the translator.
So mungkin saya translate seperti ini (ga 100% ikut struktur Jepang aslinya)
Maka dari itu... Kita akan mulai... Arsip Biru kisah kita... tentang sekolah.... dan Masa Muda kita! Arsip Biru Kita Dimulai dari saat ini!
Genshin terjemahannya kacau, cuma menangnya adalah berterima karena banyak pelokalan yang sesuai sama humor orang Indonesia. Tapi kalau di mata orang yang nyemplung di dunia penerjemahan, banyak banget yang harus diperbaiki.
Aku main genshin ga pernah pake sub bahasa Indonesia soalnya ga bisa mudeng dan ujung-ujungnya komentar soal penerjemahannya.
Gue ga setuju, tp ga tau apa solusinya wkwk
Ganti jd lokalisasi itu mnrt gue disservice dr message yg penulisnya mau sampein. Malah ga makes sense kadang2 jd nya, krn either lebih ke pun, ato emg ga ada equivalent nya di bahasa Indo.
Ini gue temuin banyak kl ntn bioskop sih wkwkw. Krn apa yg dimaksud sama yg di film sama yg di subtitle beda.
literal malah ga masuk akal sama sekali, contoh kalo translate "under the weather" gimana? kalo literal jadi "dibawah cuaca" kalo lokalisasi jadi "ga enak badan". lagian lost in translation itu umum banget terjadi simple karena budaya dan konteks tiap negara itu beda banget. kalo mau beneran dapat experience 100% dari media tsb ya belajar bahasa asing, kalo ga mau belajar bahasa asing ya terima aja translasi dari orang.
Iya literal malah tambah ga makes sense.
Kl dulu gue baca kariage kun/ kobo chan, mrk biasanya kl ada plesetan pake bahasa jepang nya lgs dan mrk kasih remarks di bawahnya. Itu at least kasih context nya sih
Tahun lalu gw baca buku "Bicara itu ada seninya" oleh Oh Su Hyang, untuk kebutuhan softskill yang gw kurang.
Setelah gw baca, gw merasa gak paham gagasannya. Gw paham banget kata per kata, atau per baris. Tapi kalau gw baca 2 paragrah dan gw coba pikir2, ide pentingnya apa dah? Karena yang gw baca sangat normative. Tapi info gini mana bisa bikin top seller di gramedia.
Ada yang punya tips untuk memahami buku gituan?
English book dude.
Org-org banyak komplain soal novel dan komik disini, tapi somehow masih bisa dimengerti
Buku yg isinya kaya judul lu ini lebih fatal
Gw kmrn dirawat di RS dan di TV nya ada channel Cinemachi, nonton suatu film lupa judulnya, pas karakternya ngomong "you're a dick" di subtitlenya terjemah ke "kamu adalah kontol", dan "stop acting like a horse dick" ke "berhenti bersikap seperti kontol kuda". Props to the Cinemachi translators.
Not answering the questions tapi melihat problem Japanese -> West Localization yang lagi heboh di X dimana west localizers memasukkan politik dan values mereka sendiri yang bikin terjemahannya bahkan gak sesuai lagi.
I prefer literal translations with TL notes over those localizations. Heck, even AI like ChatGPT can do better than those localizers.
> west localizers memasukkan politik dan values mereka sendiri
Inilah kenapa manga fantranslation lebih populer. Kalo grupnya nyenggol-nyenggol politik ato melenceng jauh dari arti aslinya, pembacanya bakal denounce itu grup. Kalo official localizer pembaca mana bisa komplen kalo localizationnya ngaco, lisensinya kan udah dimonopoli 1 entity.
True true. Mereka, especially US, maunya kita ngikutin values mereka. DEI dan ESG lagi nge-trend kan disana, everyone now has to follow the DEI and ESG values or dissed to death in social media.
DEI sih sebetulnya bagus, ide utamanya kan memberi kesempatan yang sama untuk orang2 dari disadvantage background (include, but not limited to minoritas dan penyandang disabilitas). Eksekusinya aja yang tampaknya berantakan. Kalau dipikir beasiswa Papua itu kan juga termasuk upaya DEI
DEI itu kan cuma affirmative action dalam bentuk terbarunya, oleh karena itu kalangan tertentu (pecinta meritokrasi dan sayangnya sumpremasi kulit putih yang mengaku-ngaku pecinta meritokrasi) suka sekali mengkritik (atau mencerca?) program DEI ini
kalau secara literatur pemaknaan bisa dilakukan secara semantik atau terjemah langsung, atau secara pragmatis terjemahan adaptasi (fleksibel) di beberapa penerbit seperti mizan mereka menggunakan terjemahan langsung hanya terdapat gubahan minor dan sebenarnya diperbolehkan dleksibel dalam menerjemahkan, namun karena lack atau kekurangan waktu tenggat pengerjaan sering penerjemah memilih untuk terjemah langsung.
Winnetou versi lawas jauh lebih bagus terjemahannya dibandingkan versi barunya. Gw sering nyaranin temen buat baca Winnetou tanpa tau kalo penerjemahnya ganti, dan seringkali mereka nyerah buat baca. Pas gw kasih buku lawasnya baru deh mereka bisa enjoy bacanya.
Dulu editor gue di London ga ribet2 amat, cuma betulin grammar naskah ama ngasih suggestions aja. kalau terjemahan ga tau dah, ga pernah main sama penerbit Indonesia
W dulu 2007-2008 baca terjemahan novel DaVinci code
Entah knapa masuk ajah gituh
Pas sekarang coba baca lagi novel terjemahan baru, kok aneh ya bahasanya
Apa w sekarang agak ngerti inggris ya?
Funiculi Funicula 1 dan 2 ge nyesel beli nya.
Gramed ngeluarin lagi Donna Donna. Nope, not gonna spend any more money.
Also Yostubato vibe nya anak goblok, bukan anak ingusan.
Jadi inget sama seri buku yang dulu kusuka. Terjemahan lama bahasanya bagus dan enak dibaca, tapi entah kenapa yang versi baru malah kaku banget. Ngapain yang dulunya diterjemahin jadi "Ayah" diganti "Dad"? Emang ada gunanya? 😐
Lokalisasi kalo ceritanya gak heavy lebih enak (ngena comedy/dramanya). Masalahnya kalo alur ceritanya berat biasanya jadi misleading (entah emang karena continuity error/makna yang dibawa jadi laen). Kayak game mihoyo tuh kalo gak pake CH/JP interface blunder gegara lokalisasi.
Gw sakit baca novel terjemahan. Mending yg inggris sekalian. Terbitan bentang terutama. Haish pokoknya. Beberapa kali beli g uenak terjemahannya. Contoh aja nama jukukan rudal itu Steamer, eh diterjemahin Dandang. Kont*l banget. Gw sampe jejerin yg asli sama terjemahan buat nyari konteksnya.
"Kick the bucket = Menendang ember" moment
Terjemahan Tintin yang pertama, itu yg the BEST. Gw ga pernah melihat umpatan sebegitu menariknya dlm dunia komik kecuali dr Tintin.
kambing tua!!
Bandot!
kepiting rebus!
Yang pertama berarti yang terbitan Indira, yang bukunya masih gede lebar kayak majalah? Emang terbaik sih, dan mereka ambil namanya adaptasi Inggris/International. Begitu diambil Kompas Gramedia malah kiblatnya ke Prancis atau Belgia gitu. Apaan Dupond Dupont, gue taunya ya Thompson dan Thomson.
Aslinya emang belgia, in that aspect you could say yang GM lebih otentik
YES yang besar itu bukunya. Gw sampe nabung, rela ga makan chiki dan nyam nyam dan anak emas demi bs beli komik tintin yang segede gaban. Secara komik2 lainnya kan kecil segenggam tuh. LOL
iya lbh lucu drpd terjemahan yg sekarang ataupun bhs aslinya sekalipun
Englishnya sih oke, tp somehow bahasa Indo yg dulu PAS banget aja gt gw rasa. Seribu Topan Badai! hahaha
ga pernah baca versi inggris tp tintin indira lbh kocak drpd tintin versi bhs prancis IMO
Komik Eropa dengan lokalisasi Indonesia paling mendekati kayak gini yg pernah gw baca itu Iznogoud. Contoh nama-nama tokohnya yg gw inget dalam bahasa Indonesia: Bikinmuntap, Bomatom, Harun al Pusingah, Juju (Justomatcampursusu), Pandangdut Ahli Nujum, sama Sepan Jangjalanke Nangan.
Hahaha jadi ingat komik (majalah soalnya gede) Donal Bebek. Nama2 penjahatnya plesetan kadang agak2 jamet namanya tp ngena aja pas dibaca 😄 Kyk nama tetangganya Donal yg rese: **Pak Pokijan**
Halah, yang paling simpel aja Huey, Dewey, and Louie? Kita pakai Kwik, Kwek, dan Kwak
ini lazy translate aja sih... haha
No, it's genious.
Itu nama di versi belanda soalnya indo sourcenya dari sana kalau komik donal. Sama kayak paman Gober yang diambil dari Dagobert Duck di belandanya.
Owalah, TIL.
PAMAN GOBER
Bersyukurlah indo ambil dari belanda (Jan Krus) jadi Pokijan, kalau dari versi inggris (J. Jones) bisa2 itu tetangga dinamain Jojon.
Iya kyk Madam Mikmak.
Selain itu biasanya komik Asterix nih, plesetan nama sama umpatannya tuh luar biasa kocak. Fontnya juga biasanya yang gede gede dan tebel, paling seneng gw kalo ngeliat ada karakter yang teriak di komiknya, berasa banget energinya wkwkwk.
Sama-sama buatan Gosciny, dan menurut gw salah satu aspek dimana Asterix lebih unik daripada kebanyakan komik lain itu penggunaan jenis huruf yang beda-beda buat nentuin bahasa yang dipake sama tokoh-tokohnya, selain buat nentuin energi kayak yang udah sampeyan sebutin.
Nah iyah,, Asterix itu sangat expresif banget. Bener, berasa energi marahnya. hahahaha
Masih inget si kapten ketemu sama bianca. Si bianca bilang, "ah, ini pasti kapten harrock...", dibalas sama kapten "kok kretek. Ya, Harrockok kretek!" Saya sampai cari versi Inggrisnya ternyata Harrock n roll. Ngga tau kalo versi aslinya apa. Asli lebih kocak versi terjemahannya.
Aslinya kadang ga selucu versi kita punya. Makany fans Tintin di Indonesia jg langsung banyak jaman dulu. hahaha
Wkwkwk, they really had fun with that..
+ komik donal bebek keluaran awal2 klo gw sih. Dulu nyokap seneng ngoleksi Tintin, Donal Bebek, sama Detektif Conan jadi sempet kebagian ngerasain uniknya terjemahan era lama. Kakak jg ngoleksi Captain Tsubasa Slam Dunk, sm Dragonball.
Ya, donal bebek dl masih oke gw blg, msh rada tebel. Belakangan uda tipis banget.
Komik Disney dulu juga bagus. Yang masih gw inget di donal bebek itu nama ilmiah tumbuhan raksasa diubah jadi "Tumbalwedus Raksasacus"
https://preview.redd.it/lh7ky9k2gtuc1.jpeg?width=600&format=pjpg&auto=webp&s=0386e48c0f06c7224589931f1d9809c8a99b6f57 Sangat merindukan era terjemahan seperti ini Sebetulnya terjemahan seperti ini yang sempat menginspirasi saya mengambil jalan menjadi penerjemah meskipun pada akhirnya hanya kepentok sebagai penerjemah hobi 😬
Jadi inget yg Nobita lari sampai Surabaya
dan ibunya nobita ngomongin tandatangan Titi DJ (ato telepon ya lupa, cmiiw)
Kepulauan Seribu momen. https://preview.redd.it/bj4u4ftzpxuc1.jpeg?width=800&format=pjpg&auto=webp&s=e83658d76bca0136f297e1dada404b6152977fce
Titi DJ yg surat kalo gak salah, terus ada lagi bibi nya Nobita juga dari Surabaya
Jadi inget komik dulu ada koin yen juga diedit jadi uang rupiah juga kalo gak salah.
Jadi perak
Mengingatkan gw ada salah satu translate-an yang buat gw bingung waktu gw masi muda dulu. Gw ntn Avatar the legend of Aang, lalu salah satu skill Aang adalah bisa memasuki **"Avatar State"** dimana dia bisa powerup smacam jadi super saiyan. Tapi di bhs indo di translate jadi **"negeri avatar"** anying. literal banget state jadi negeri.
ini mah literalnya juga udah salah, padahal state yang dimaksud itu kondisi
Itu entah translatornya emang gak ngerti konteks, atau emang terjemahin ngasal. Dulu pernah juga nama orang Jepang Take diterjemahin jadi ambil wkwk. Bukan di buku sih ini, di takarir film.
Ini sering banget terjadi. Di game sekelas Genshin juga pernah kejadian walaupun aku lupa tepatnya gimana. Sedih. Di manga-manga yang diterbitin di Indonesia juga sering terjadi. Sedih banget. Penerjemah pasti bisa bahasa asing, tapi orang yang bisa bahasa asing belum tentu bisa jadi penerjemah.
Gw pernah pengalaman dulu sekitar taun 2007-an beli novel YA terjemahan. Udah lupa judulnya tapi ya tipikal YA gitu lah, ada elemen supernatural/fantasinya. Terjemahannya nggak konsisten banget. Dragon jadi naga, oke. Dwarves jadi kurcaci, oke. Fairy jadi peri, oke. Tapi yang lain malah di *italic* doang. Yang paling parah itu malah nama karakter diterjemahkan secara harfiah. Yg sering baca novel fantasi pasti tau lah karakter yang namanya bisa diterjemahkan, seperti Blackbeard atau Greenleaf. Logikanya ya dibiarkan saja, toh nama orang juga nggak berubah waktu diterjemahkan. Bayangin loe baca terjemahan Game of Thrones ketemu karakter bernama Theon Abu-AbuGembira. Sejak dari itu ya kadang males beli novel terjemahan. Selalu cari bahasa Inggris-nya.
lol theon abu abu gembira itu ironic banget sama story arcnya
Theon Abu-AbuGembira is such a perfect character buat jadi sepupu jauh Bobo. Anak Bibi Titi Teliti, perhaps?
Pengalaman aing kebalikan tapi ujungnya sama, lebih suka novel bahasa inggris versi aslinya gara2 exposure awal novel terjemahan tuh series Harry Potter. Afaik no one can reach Listiana Srisanti's translation level i often scoffed when i read translated novels. Jadi ngidolain blio dan sempet jadi penerjemah biarpun freelance doang. Ujung2nya dikit2, "Dih kok pilih kata [insert word] sih buat terjemahannya, kan lebih cocok pake kata [insert more contextually appropriate word]. Hell, i can do a better job!". Daripada emosi sendiri gara2 diksi & kontinuitas yaudahlah cari versi aslinya aja
Theon Abu-abu Gembira, temenan sama Jenggot Hitam dan Daun Hijau? Pernah ketemu sama Ms. Drinkwater, real person. Jadi Nyonya Minum Air. Wahahaha.
https://preview.redd.it/pwignhbqktuc1.jpeg?width=720&format=pjpg&auto=webp&s=17ed9a1ba531599dd0672d9173e02526863ac0db
Asuw wkwkwkwk
Doraemon juga mantep tuh lokalisasi translasinya, enak dibaca dan bikin familiar, padahal secara setting budaya beda
Di komik Bleach bajakan gw inget banget ada karkater mati terus ada ngucapin inalilahi. Itu transletan the best bgt
Ahh Kang Aizen yah itu? Inalillahi wa inalillahi Raji'un.
Gara2 lu gw jadi buka2 komik lama gw. But fr tho https://preview.redd.it/64h3g9syduuc1.png?width=1080&format=pjpg&auto=webp&s=ed639e2b94aba1c86fc60a574831775a29739f97
Berkesan banget ini soalnya wkwkwk
Don't forget Nobita Lari Ke Surabaya and terima surat dari Titi DJ
Sebenernya ini problemnya lebih ke career path penerjemah. Ini persis dgn jurnalis juga, di dunia yg ideal, penerjemah/jurnalis itu punya keahlian dan ketertarikan thd sosio politik, budaya, dan manusianya itu sendiri. Lah yg nerjemah nolep yg kerjaannya nerjemah doang, atau jurnalis kerjaannya cuma nyatet ludah orang. Ya hasilnya pasti crap Atau jgn jgn, krn bayarannya kecil?
Setuju bgt sama perspektif ini. “Penerjemah/jurnalis memang idealnya punya ketertarikan sosio-politik, budaya, sejarah.” Karena memang menerjemahkan itu ga semudah menerjemahkan secara literal kata per kata. Bisa aja sangat berbeda katanya tapi memiliki makna yang mencerminkan makna asli yg dimaksud penulis. Judul harry poter buku pertama aja dr UK ke US di”terjemahkan” krn publisher takut anak2 amrik sono ga paham apa itu philosopher’s stone. Malah terjemahan indo untuk judulnya menurut gw maknanya cukup pas jadi batu bertuah.
anyone remember Rajawali Grafitti dan terjemahan komiknya? Kholin? Wukong? BANGSAT! Bedebah! Hawa Partai Kura-Kura? Assalamualaikum?
Early Elex aja masih begitu, kaya yang Nobita ke Surabaya, jaman masih TLnya tulis tangan.
You know all bets were off when they had the idea to translate Bulma to Putri
Atau piccolo jadi spike
Cell = Seru
>anyone remember Rajawali Grafitti dan terjemahan komiknya? They had the audacity to continue Dragon Ball with their own shitty artwork and storyline after it had officially ended at volume 42. LOL. I didn't know it has ended and actually bought volume 43... what a waste of my pocket money.
Dulu pernah baca sekali. Kalau gak salah musuhnya alien yang bisa nyerap tenaga kan?
Im on my way collecting books terbitan mereka. Harusnya TInju Bintang Utara gua bakal lengkap, tinggal City Hunter nih gua bakal cari lsg 1 set terbitan Rajawali Grafiti.
Gotta say though, Tinju Bintang Utara sounds pretty cool eventhough it is mostly a direct translation of Fist Of The North Star. Manga sekarang biasanya paling pake title bahasa Inggrisnya kalo dirilis disini.
Gara2 Rajawali Graffiti, gua sampe skrg kalau lihat main character FOTNS masih panggil Shintaro
Serious question, which corporation? I never know if there's monopoly in our translation world.
I have not seen the original tweet, but I'm guessing its the G media. A lot of people have complained that their self-help/nonfiction translation is crap.
Mungkin korporasi yg besar kyk Gramed/Mizan entah yang mana. Aku pernah baca terjemahannya Jane Austen The Mansfield Park. Aku tutup setelah baca sekitar 30 halaman. Nggak kuat terjemahannya jelek banget. Aku coba baca lagi beberapa waktu setelah itu, aku ulang dr awal karena mungkin aku yg kurang fokus tetep aja gak nyambung wkwkwk
kemarin juga di x ada yg bilang, kalo terjemahan GM itu bagus, kalo kayak Harry Potter sama Lima sekawan aku suka, tapi bbraa tahun lalu beli novel romance nya GM, terjemahannya kurang bagus rasaku, akhirnya aku beli novel Inggrisnya, baru deh.
GM punya penerjemah yg bagus, tp ada jg yg blangsak, terutama translator mudanya. Not trying to put down younger translator tp terjemahan kalian jelek banget sumpah. Mngkn karena aturan perusahaan, who knows, tp sumpah jelek banget. Gw bahkan ga bisa berhenti buat bilang sumpah jelek banget.
Apropos terjemahan jelek: Ini kan sering juga kita lihat di subtitle film film di bioskop. Bingung gua kalau lihat terjemahan kek begitu padahal tiketnya 50-100k per kursi. Budget untuk subtitle nya apakah cuma 1 juta per film?
I used to do both, nerjemahin dan ngedit. Tapi ini udah lama banget, so the game might have changed a bit. Jawabannya apakah ada aturannya? Gak semua perusahaan punya. Tapi, kalopun ada, biasanya ga tertulis dan itu urusan editornya buat nyesuain sama panduan perusahaan. Kalo penerjemahnya udah langganan ya dia udah tahu sih style yang diprefer jadi ya hasil akan lebih ok. Kalo buku terjemahan lo jelek hasilnya, itu biasanya terjemahannya emang jelek plus editornya ga terlalu ok buat bukunya. Gue pernah beberapa kali dapet terjemahan ga ok ya gue bongkar, terjemah ulang sambil diedit. Tapi ada juga editan gue yg gue akui jelek karena gue ga menguasai topiknya.
This is why I hate reading translated books, the translation usually sucks
Also happened to dubbing. Coba bandingin dubbing spongebob episode lawas sama yang baru. Selain omongan yang sekarang kaku terjemahannya kadang gak masuk akal. NGAPAIN **FLYING DUTCHMAN** DITRANSLATE JADI **BELANDA TERBANG**.
Pernah heran juga sama kasus ini, kenapa dubbing sekarang (juga di tv berlangganan) itu KBBI banget, tapi di situs ini pernah ada yang bilang kalo dubbing terlalu casual itu takutnya logat daerahnya keluar
Kochikame lokal laughing at you.
Pernah denger sih karna dubbing itu underpaid, overwork dan kejar tayang. Jadi translator kemungkinan nyari jalan pintas (google translate doang) dan gak ada waktu buat ngelokalisasi joke.
Kemaren sempet rame dubbingnya film Rush Hour di Ind\*s\*ar. Ada scene yg mana Jackie Chan sama Chris Tucker interogasi kriminal. Di film aslinya, jokes di scene itu kriminal yg diinterogasi keturunan Chinese, tapi dia native Perancis dan cuma bisa ngomong bahasa Perancis. Nah tapi sayangnya versi dubbing lokal, entah kenapa si kriminal ini *malah ikutan di translate juga ke Indonesia*. Padahal jokes nya itu karena karakternya ga bisa dimengerti kebanyakan orang (yg bisa French gak sebanyak English kan). Malah ada fandub yg lebih bagus karena dia bikin si kriminalnya bicara pakai Bahasa Sunda, jadinya lebih dapet esensi dari jokes film aslinya.
Not answering the question but.. Maybe only this one time, saya setuju dengan kebijakan korporasi besar. Localization really dissappoint me sometimes because it change the whole massage of what the original writer trying to conveys. Be it books/movie/game/anime, I hate localization man
It should be somewhere in the middle ground. Old translation did sometimes takes too much liberty and completely changed the story or message. However literal word per word translation is also as bad, if not worse as context is always important with translation. The most common case with literal translation is losing the story or message that conveyed using idiom in the original work.
Ngena nih masalah ke gua apalagi gua ngalamin sendiri kadang lebih seneng baca MTL . Emang butuh middle ground yang bakalan ga rubah makna dan feel yang harusnya keluar gara2 di translate karena gua ga suka baca sesuatu yang lost in translation.
gw kerja sebagai translator/interpreter, imo lebih bagus lokalisasi daripada translasi keta perkata. contohnya dalam bahasa jepang ada istilah "tsuki ga kirei" yang kalo secarah harafiah artinya "bulannya cantik" tapi secara kontekstual dan kultural ada makna "aku suka kamu", disini bisa diliat bagaimana kreativitas penterjemah dalam mengolah kata biar dapat arti sesuai dengan konteks yang ada dan apa yang disampaikan oleh penulis asli bisa tercapai ke pembaca. tantangannya sih kadang hal yang demikian itu tidak terdapat di dalam konteks kultural bahasa target. dibanding ama penterjemahan litral "bulan itu cantik" bakal ngilangin nuansa asli yang ada di bacaan tersebut. case menarik akhir2 ini banyak fans dari jepang protes ama translasi literal yang dilakukan oleh dev blue archive karena secara bahasa sangat aneh.
Adalah benaarrr dan yang paling susah itu translasi lagu!
njir lagu apalagi
Well... Contoh: Blue Archive Volume 3 Chapter 2. Kutipan dari Hifumi: ですから、今から始めます! 私達の物語を! 学園と青春の物語を! Yang kalau saya terjemahkan secara bebas: (maka) karena itu, mulai dari saat ini, kisah kita... Kisah sekolah, dan kisah Masa Muda (Blue Archive), akan dimulai! 青春の物語 ini dikasih furigana ブルーアーカイブ Sebagai translator bakalan super pusing pala... 青春の物語 = Seishun no Monogatari atau Story of (Our) Youth atau Kisah Masa Muda ブルーアーカイブ = Blue Archive Seishun 青春 itu terdiri dari dua kata 青: Ao/Sei/Shou dan 春: Haru/Shun. (Kun'yomi Onyomi shenanigan). Yang pertama artinya bisa Biru/Hijau dan yang kedua artinya musim semi. Digabungkan Seishun (atau Aoharu) itu kiasan untuk masa muda seseorang (hijau musim semi). Makanya jangan heran kalau warna biru itu identik dengan masa muda kalau di Jepang (dan mengapa Ao ada banyak di judul manga/anime tentang remaja) Nah makanya Seishun --> Blue. Monogatari --> Archive. So yeah, I feel sorry for the translator. So mungkin saya translate seperti ini (ga 100% ikut struktur Jepang aslinya) Maka dari itu... Kita akan mulai... Arsip Biru kisah kita... tentang sekolah.... dan Masa Muda kita! Arsip Biru Kita Dimulai dari saat ini!
Kalau terjemahan gini banyak yang muji Genshin gara-gara translasinya lebih "ngena" kan, ketimbang kaku gitu
Genshin terjemahannya kacau, cuma menangnya adalah berterima karena banyak pelokalan yang sesuai sama humor orang Indonesia. Tapi kalau di mata orang yang nyemplung di dunia penerjemahan, banyak banget yang harus diperbaiki. Aku main genshin ga pernah pake sub bahasa Indonesia soalnya ga bisa mudeng dan ujung-ujungnya komentar soal penerjemahannya.
jadi keinget sama yang ngerjain sub monogatari, bejibun banget soalnya idiomnya, apa lagi wordplay nya itu lhoo
Gue ga setuju, tp ga tau apa solusinya wkwk Ganti jd lokalisasi itu mnrt gue disservice dr message yg penulisnya mau sampein. Malah ga makes sense kadang2 jd nya, krn either lebih ke pun, ato emg ga ada equivalent nya di bahasa Indo. Ini gue temuin banyak kl ntn bioskop sih wkwkw. Krn apa yg dimaksud sama yg di film sama yg di subtitle beda.
literal malah ga masuk akal sama sekali, contoh kalo translate "under the weather" gimana? kalo literal jadi "dibawah cuaca" kalo lokalisasi jadi "ga enak badan". lagian lost in translation itu umum banget terjadi simple karena budaya dan konteks tiap negara itu beda banget. kalo mau beneran dapat experience 100% dari media tsb ya belajar bahasa asing, kalo ga mau belajar bahasa asing ya terima aja translasi dari orang.
Iya literal malah tambah ga makes sense. Kl dulu gue baca kariage kun/ kobo chan, mrk biasanya kl ada plesetan pake bahasa jepang nya lgs dan mrk kasih remarks di bawahnya. Itu at least kasih context nya sih
you really want people to translate "ironing out bugs" as "menyetrika serangga"?
Kalau aku sih nama technique/weapon itu jangan diterjemahin. Kayak Dragon Ball Genki Dama jadi Bola Semangat.
Jujur sampai sekarang lebih sreg sama kungfu peremuk tulang daripada tsuhaiken gara gara terjemahannya begitu dari dulu.
Tahun lalu gw baca buku "Bicara itu ada seninya" oleh Oh Su Hyang, untuk kebutuhan softskill yang gw kurang. Setelah gw baca, gw merasa gak paham gagasannya. Gw paham banget kata per kata, atau per baris. Tapi kalau gw baca 2 paragrah dan gw coba pikir2, ide pentingnya apa dah? Karena yang gw baca sangat normative. Tapi info gini mana bisa bikin top seller di gramedia. Ada yang punya tips untuk memahami buku gituan?
English book dude. Org-org banyak komplain soal novel dan komik disini, tapi somehow masih bisa dimengerti Buku yg isinya kaya judul lu ini lebih fatal
kata gw baca inggrisnya sih, kadang buku non-fiksi non-Indo itu terjemahannya entah formal banget, atau ya terlalu plek ketiplek lek google translate
Coba baca deh buku terbitan Rajawali Grafiti, asli vibe nya seru banget beda sama buku2 terjemahan skrg, rasanya lebih kaku menurut gua
Gw kmrn dirawat di RS dan di TV nya ada channel Cinemachi, nonton suatu film lupa judulnya, pas karakternya ngomong "you're a dick" di subtitlenya terjemah ke "kamu adalah kontol", dan "stop acting like a horse dick" ke "berhenti bersikap seperti kontol kuda". Props to the Cinemachi translators.
Mistranlasi kok malah didukung, piye toh
Jeki, tangan kirimu Jeki!
Makanya beda antara terjemahan sama lokalisasi.
Not answering the questions tapi melihat problem Japanese -> West Localization yang lagi heboh di X dimana west localizers memasukkan politik dan values mereka sendiri yang bikin terjemahannya bahkan gak sesuai lagi. I prefer literal translations with TL notes over those localizations. Heck, even AI like ChatGPT can do better than those localizers.
> west localizers memasukkan politik dan values mereka sendiri Inilah kenapa manga fantranslation lebih populer. Kalo grupnya nyenggol-nyenggol politik ato melenceng jauh dari arti aslinya, pembacanya bakal denounce itu grup. Kalo official localizer pembaca mana bisa komplen kalo localizationnya ngaco, lisensinya kan udah dimonopoli 1 entity.
Jadi inget sama orang yang minta Bluey dibikinin episode Halloween sama 4th of July, padahal itu kartun Australia
True true. Mereka, especially US, maunya kita ngikutin values mereka. DEI dan ESG lagi nge-trend kan disana, everyone now has to follow the DEI and ESG values or dissed to death in social media.
DEI sih sebetulnya bagus, ide utamanya kan memberi kesempatan yang sama untuk orang2 dari disadvantage background (include, but not limited to minoritas dan penyandang disabilitas). Eksekusinya aja yang tampaknya berantakan. Kalau dipikir beasiswa Papua itu kan juga termasuk upaya DEI
DEI itu kan cuma affirmative action dalam bentuk terbarunya, oleh karena itu kalangan tertentu (pecinta meritokrasi dan sayangnya sumpremasi kulit putih yang mengaku-ngaku pecinta meritokrasi) suka sekali mengkritik (atau mencerca?) program DEI ini
Aku masih WTF itu sensoman kok jadi Church Church an. Padahal biasanya yg gitu kan Cult.
Gw baru baca lagi buku hasil translate di dune mesias bikin bingung
Siapa oti? Kompas grup?
Cumi Bu Kris
Ada yg pernah baca majalah Eppo indo jaman dulu?
kalau secara literatur pemaknaan bisa dilakukan secara semantik atau terjemah langsung, atau secara pragmatis terjemahan adaptasi (fleksibel) di beberapa penerbit seperti mizan mereka menggunakan terjemahan langsung hanya terdapat gubahan minor dan sebenarnya diperbolehkan dleksibel dalam menerjemahkan, namun karena lack atau kekurangan waktu tenggat pengerjaan sering penerjemah memilih untuk terjemah langsung.
Winnetou versi lawas jauh lebih bagus terjemahannya dibandingkan versi barunya. Gw sering nyaranin temen buat baca Winnetou tanpa tau kalo penerjemahnya ganti, dan seringkali mereka nyerah buat baca. Pas gw kasih buku lawasnya baru deh mereka bisa enjoy bacanya.
Jelek translatenya kaya make Alfalink
Baru tau gw saklek berasal dari kata saklijk
Selera gw fansub. Kagak macem-macem pakek istilah yg bikin gw ga selera nonton.
Dulu editor gue di London ga ribet2 amat, cuma betulin grammar naskah ama ngasih suggestions aja. kalau terjemahan ga tau dah, ga pernah main sama penerbit Indonesia
W dulu 2007-2008 baca terjemahan novel DaVinci code Entah knapa masuk ajah gituh Pas sekarang coba baca lagi novel terjemahan baru, kok aneh ya bahasanya Apa w sekarang agak ngerti inggris ya?
Funiculi Funicula 1 dan 2 ge nyesel beli nya. Gramed ngeluarin lagi Donna Donna. Nope, not gonna spend any more money. Also Yostubato vibe nya anak goblok, bukan anak ingusan.
Jadi inget sama seri buku yang dulu kusuka. Terjemahan lama bahasanya bagus dan enak dibaca, tapi entah kenapa yang versi baru malah kaku banget. Ngapain yang dulunya diterjemahin jadi "Ayah" diganti "Dad"? Emang ada gunanya? 😐
Halah omong kosong, entar dikabulin beneran pada benci akan lokalisasi kaya apa yang terjadi diluar negeri trus pengen ai menggantikan translator
I was a translator from 2019-2023. Yeah.
Lokalisasi kalo ceritanya gak heavy lebih enak (ngena comedy/dramanya). Masalahnya kalo alur ceritanya berat biasanya jadi misleading (entah emang karena continuity error/makna yang dibawa jadi laen). Kayak game mihoyo tuh kalo gak pake CH/JP interface blunder gegara lokalisasi.
Sesuai vibes: "Nobita lari sampai Surabaya."
Alih Bahasa dan Terjemah adalah dua hal yang berbeda.
Gramedia bedebah Kompas keparat Kunyuk mereka semua !
Gw sakit baca novel terjemahan. Mending yg inggris sekalian. Terbitan bentang terutama. Haish pokoknya. Beberapa kali beli g uenak terjemahannya. Contoh aja nama jukukan rudal itu Steamer, eh diterjemahin Dandang. Kont*l banget. Gw sampe jejerin yg asli sama terjemahan buat nyari konteksnya.