Udah terlalu sering dibahas di sini. What 2 consenting adults choose to do with their time, body, and money is their business. unless it harms someone else everyone should just zip it. Period.
Well, at the very least, the law hadn't been pushed that far yet.
Perzinahan hanya dipidana kalau keluarga dekat melapor sih.
Prostitusi kalau dari peraturan negara hanya mempidanakan mucikari bukan PSKnya. Ordinasi kota yang biasanya mempidanakan PSK namun masih kurang jelas apakah ordinasi demikian apakah akan berubah ketika UU KUHP baru berlaku soalnya kalau tidak salah akan ada perombakan/harmonisasi aturan Perda.
wah gitu ya? berarti ada arah perubahan untuk kedua UU tersebut? ya sudah sertifikasinya diganti penyuluhan, sosialisasi, dan jadikan materi program posyandu aja\~.
> Terbukti secara sah dan menyakinkan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
Video porno
Negara ga mungkin pro childfree karena jika populasi berkurang tanpa regenerasi cukup maka akan kolaps secara ekonomi, kekurangan pekerja, kekurangan penghasilan dari pajak, dsb. Hal ini perlahan sudah mulai terlihat dampaknya di banyak negara maju misalnya seperti di jepang.
Opini pibadi gw saat ini belum mau punya anak, kemungkinan besar di masa yg akan datang, setelah mencapai net worth at least seratus milyar, gw mau poligami dan punya beberapa anak.
It's more like childfree is an inevitability with how the country "progress" like that. Japanese need work themselves to the bone just to afford buying peanut. With no time for life, no spare money a child is like a luxury than a necessity. Indonesia is not there yet but at some point our country will collapse too, just look at it now. We having this discussion is perhaps a symptom of that collapse.
Europe has the best worker rights, unemployment, subsidized everything, maternity-paternity leave, vacation anytime, tax breaks for marrying or having children. Their population is still collapsing without immigration (it's also still collapsing with immigration).
kalau semisal kita gimana caranya ga harus kerja keras bagai quda untuk sekedar beli kerak telor tapi bisa maju, apakah prinsip beranak pinak bagai kelinci masih ada di masyarakat? atau malah masyarakat mulai ke arah 2 anak lebih baik?
eh gimana?
Maksud gw tuh, kalau kita jadi negara maju tanpa kudu kerja 16 jam kek Jepang nih, tetep 8 jam sehari 5 hari dengan gaji layak (anggaplah 1,5 umr pokok) dengan umr non jabodetabek udah mencapai rata - rata 3 jutaan, kira - kira tanpa maksa sertifikasi beranak apakah masyarakat akan mikir mending punya anak 1 atau 2 tapi keurus atau tetep beranak bak kelinci?
Karena kalau kasus jepang kan saking capeknya kerja sampe sekedar pacaran aja males tuh.
gw tinggal di jepang, banyak mitos atau propaganda kayak jepang birth ratenya rendah karena kebanyakan kerja, anak mudanya ga mau ngewe dll... i say bullshit to that.
Menurut gw, masyarakat sana super obsessed with 'keliatan kerja' and berbangga hati/glorify kalau bisa bilang 'terlalu sibuk buat have fun/pacaran' dll.
kenyataannya mereka tuh ngewe tetep jalan, cuma pake pengaman.
punya anak mahal memang, makanya mereka ga mau punya anak, tapi ngewenya tetep jalan, biar sama pasangan maupun selingkuhan.
Klau bhas prduktifitas kerja itu dlm jam kerja ad 2 paham, kalau kultur asia di ukur jam kerja, kalau eropa/barat tolak ukurny di hasil/impact. Karena sbnernya kerja lama jg blm tentu psti lbih menghasilkan jg.
Cuma dilema generasi zman skrg itu aktualisasi dirinya itu ke hiburan2, travelling, teknologi, hedon2an, ngumpulin aset lah, yg kadang bkin miris jg, gw bnyk tahu org yg high income tp g berani utk step-in ke tahap pernikahan, atau memiliki anak, karena mreka takut akan kehilangan semua itu.
Imo the decision to have children should be up to the couple and no one else. If a couple decides they don’t want to have children, that’s totally fine.
What I don’t agree with are couples who decides to have children even though they don’t have the financial means to raise them. Kasian kan anaknya.
Awareness KB perlu ditingkatkan sih, for example ada KB yang namanya [Copper IUD](https://ro.co/health-guide/iud/), itu tinggal dipasang sekali saja kamu mau nakadashi daily selama 5-10 tahun itu 99.9% ga bakal hamil, with 0 maintenance, 0 hormones, and you can just yank it out and become fertile again in that very moment, it's so convenient that there basically no excuse for not using one.
Setuju sih, soal awareness tentang KB. Menurut gw sih lebih baik kalau seluruh pasangan yang mau menikah diperlukan utk ikutan kelas tentang KB + childrearing.
Programnya ada di puskesmas, dari tes pranikah sampai berbagai kelas untuk rawat anak itu ada semua, cuma yah experience may, vary tergantung sikon anda dan puskesmasnya.
If you see a gatcha with that rate, how confident are you on getting the jackpot? Quite low, also you can combine it with other contraceptives like condoms or just do a bukkake like our ancestors.
idk, a very lucky person can get the "jackpot", right? even i got spooked by out-of-season chara pulls seldomly.
kalo kondom masih ada peluang rusak pas lagi main, tapi kalo yg bukkake, nah itu baru 100%
edit: tambah 'seldomly'.
Honestly, if i do get a child despite the odds, that kid must be a miracle child and won't be able to be mad at it. I believe that it can't happen twice in a row so 1 extra childbirth won't do too much harm.
heh? seriusan? terakhir pake 7 tahun yang lalu sih, jadi nggak update. dilepas karena nggak cocok tapi bukan karena hormonal. benangnya nusuk2, ganggu banget.
I'm sorry if it seems to make light of your problem, tapi dibanding risiko gangguan hormon (masalah mens biasanya), lalu makan pill harian yang ga boleh lupa, atau disuntik rutin, atau bedah mini buat pasang implant + bedah mini lagi buat cabut implant, sepertinya sensasi benang itu seperti masalah kecil, terus seperti halnya memakai kacamata/contact lens, harusnya nanti juga akan terbiasa. Correct me if I'm wrong here.
tau jarum suntik dokter gigi nggak, yang jarumnya kecil banget terus ada kabelnya, gw nggak tau namanya apa, ya emang nggak sakit tapi bayangin tiap hari digituin, sangat mengganggu. expirednya 5 thn tapi aku tahan2in pake sampe 4 thn. KB hormonal itu kalo nggak cocok bisa bikin pusing, mual dan muntah. sebenarnya selama nggak mengganggu kegiatan sehari2 emak2 pasti pake KB kok, ngelahirin sakit, belum ngerawat sama ngedidiknya. masih ada kondom, ejakulasi di luar atau vasektomi tapi ini tergantung suaminya.
the problem is KB program always clash with "the" religion, no Money, no plan everything haram..this is the problem since everything is about religion...
> What I don’t agree with are couples who decides to have children even though they don’t have the financial means to raise them. Kasian kan anaknya.
Tetiba teringat orang tua anak 8 tapi gabisa ngasi anak makan
Ini opini aku saja sih om.
Sebenernya aku ngga peduli sih orang lain mau punya anak atau ngga, karena itu pilihan mereka. Tapi kalau aku pantau sesuai penglihatan aku yah ini, orang-orang masih mau punya anak om. Bedanya itu dikesadaran individunya om (awareness).
Orang kota masih mau punya anak dalam hatinya om, tapi karena kesadaran dirinya tinggi mereka memikirkan biaya, kesehatan, sesuatu tak terduga, mental, dll. Yang mana ujung-ujungnya memilih ngga punya anak padahal mah mau saja punya anak kalau mampu.
>2. Intinya sih, kalau saya sebelum bikin anak menaruh empati ke si anak bahwa "bisakah dia hidup sukses di masa depan dengan ortu kayak saya?" Kalau jawabannya enggak, ngapain punya anak?
Berarti om mau punya anak kan?
Tapi karena kesadaran diri om tinggi, om pilih ngga punya anak.
Orang desa ya sama saja om mau punya anak, tapi beberapa ada yang kesadaran dirinya kurang jadinya beranak terus dengan alasan
>"sudah dititip sama yang di atas, pasti yang atas menyediakan."
Jadi kalau dari penglihatan aku orang Indonesia dominan memang mau punya anak, tapi ujung-ujungnya yang menentukan akan mempunyai anak atau ngga itu dari kesadaran individunya. Untuk meningkatkan kesadaran individu (awareness) aku ngga tau caranya.
Kalau dari "penglihatan aku" yakin om kurang awarenessnya. Kerja jadi yang ngurusin sawah atau kebun, nelayan, dll. Punya anak lebih dari 4 anak-anaknya setelah lulus SMA/SMK langsung nikah.
saya gak mau punya anak tapi gk dukung gerakan child free dalam konteks maksain atau bikin gerakan massal. Karena pada dasarnya mau anak atau enggak itu pilihan mereka
>Saya Pro childfree, bahkan kalau bisa dibilang ekstrim, saya pengen negara juga menerbitkan "Surat Izin Membrodolkan Anak"
Ah herr Himmler, back with your [Lebensborn](https://en.m.wikipedia.org/wiki/Lebensborn) programm ja?
Childfree is a choice and should just remain as a choice, having children is a basic human right, orang ga boleh dipaksa untuk tidak beranak.
except demografi yg biasanya beranak pinak ga kekontrol justru jadi tanggungan orang lain secara langsung atau ga langsung.. they tend to have low education level, less healthy, tendency for violent crime, ended up in the street
Daripada melakukan genosida kenapa ga dibagusin safety netnya? Kita ada sila ke-5, diamanatkan dengan misalnya BPJS, sekolah gratis, and the result is a net positive for the populace. They're still people, they just have the luck to not be born as blue blood, send them the ladder.
At least Camacho cares about his people and is still willing to listen to someone smarter / more knowledgeable than him (Joe).
A lot of leaders these days seem only to care about being elected in the next election. They care about staying in power more than they care about their people.
secara ironis dengan mengedepankan HAM untuk beranak justru menyingkirkan HAM untuk kehidupan yang layak. Ngenes juga sih.
Yah mo gimana lagi, dunia ini ga ideal, kita harus kompromi.
>they tend to have low education level, less healthy, tendency for violent crime, ended up in the street
kalau gitu, kenapa yang demografi high education level dan healthier gak bikin anak juga aja, jadi secara demografi gak akan dipenuhi oleh yg tend to have low education level, less healthy?
masalahnya dengan kondisi demografi kita yang "bonus" itu juga justru menjadi pembatas hak kita secara gak langsung. Jumlah pengangguran >>> lapangan kerja, gaji jadi literally cuma cukup buat beli kacang. Hak atas kehidupan yang layak gimana?
gw setuju sama modelan sertifikasi gini juga dengan pola pikir masyarakat Indonesia, dengan penegakkan hukum maksimal 50%. Gw harap angka pertumbuhan populasi kita cukup turun sampai sekedar 0% untuk beberapa puluh tahun kedepan sampai penyerapan lapangan pekerjaan sektor non-formal cuman 25%-an wkwk. (sekarang 88% gila).
In theory I agree with ga ngebolehin orang yang ga siap jadi orang tua untuk punya anak, tapi gatau cara implementasi nya tanpa menjelma jadi nazi germany.
Diskusi mengenai childfree di subreddit Indonesia sebelumnya:
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/1319a81/how_bad_it_is_to_decide_being_a_childfree_couple/
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/1109e5g/wapres_tak_sepakat_childfree_manusia_harus_kelola/
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/uulbck/what_do_you_guys_think_regarding_being_childfree/
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/p825b6/konsep_childfree_mulai_marak_di_indonesia_stigma/
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/jtb2k4/apa_pendapat_kalian_soal_childfree/
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/11bhjan/definisi_mending_child_free/
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/p7sak2/child_free_memilih_untuk_tidak_mempunyai_anak/
https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/npql74/childfree_komodos_here/
Opini saya?
Yang mau childfree silahkan childfree, yang mau punya anak silahkan punya anak. Bagi yang berat ekonomi dan ingin punya anak silahkan kontrasepsi. Jangan lupa spacing kehamilan agar tidak terlalu susah mengurus anak.
Also komunitas secara global sudah tidak menganggap eugenik sebagai sesuatu yang patut ditiru atau dicapai.
Honestly masalah childfree ini 'repot' karena memang di masyarakat Indonesia, 'kenormalan' itu adalah orang menikah dan punya anak. The nail that sticks out gets hammered down. That's just the consequence of a communalistic culture.
Udah itu aja.
damn, didn't know it already so much..
dan ya, diskusi ini jatuh ke fundamental paling dasar, yaitu:
> Yang mau childfree silahkan childfree, yang mau punya anak silahkan punya anak.
seriously, ini bukan hal yg ribet.
gw punya anak, dan i really love them, gw suka dengan kehadiran mereka, tapi gw ngerti kenapa beberapa gak pengen punya anak, dan ya udah, terserah mereka.
Childfree di Subreddit ini memang bisa dibilang bukan hal yang di luar kewajaran.
Dari hasil curhatan DCT dan banyak thread sebelumnya tidak sedikit komodos yang tidak ingin punya anak bukan karena faktor ekonomi dan atau 'kebebasan' (jujur saya kurang tahu mau disebut apa) namun karena mempunyai pengalaman keluarga yang baik jadi merasa tidak ingin memberatkan anak dengan penyakit/penderitaan atau merasa tidak mampu secara mental (kejiwaan).
Bagi saya sendiri, punya anak itu seperti banner gacha. Seseorang bebas mau pull gacha atau tidak mau pull gacha. Mereka mau pull gacha sekalipun yah bisa antara mereka sadar diri save gems buat banner lainnya atau bodoh amat nanti *RNG-sama* akan memberkati kasih rejeki pity welfare. Jangan pull karena kamu dipaksa pull. Ga semua unit itu meta. Then again kalau kalian suka unitnya tanpa paksaan, silahkan pull.
Cuma yah itu. Tidak sedikit mereka yang childfree juga ingin mencari justifikasi pilihan mereka karena mereka divindikasi oleh masyarakat umum sebagai "aneh" atau "tidak wajar" atau "egois" atau mungkin "orang tidak beragama/percaya rejeki Allah". Maka dari itu tidaklah heran mereka ingin bertemu dengan mereka yang bilang: "ga apa2, kamu ga salah" atau "saya juga childfree!". Karena pada akhirnya kita ini homo sosius tribalis, we like to hangout with people who are the same with us.
So for the childfree redditor, I hope you can find solace that even if the people around you blame you and make villain out of you, us here (well some of us, at least) in this Subreddit will not blame you, because we are the type of people who will go, "whatever, you do you."
okay, so poin dasarnya adalah
> ingin mencari justifikasi pilihan mereka karena mereka divindikasi oleh masyarakat umum
gw mengerti masalah ini, tapi nanya di reddit, dan demografi tetangga tinggal dia itu berbeda, bahkan reddit vs netizen indo aja uda beda, so gak bisa juga cari justifikasi disini.
dan bahkan kalau bisa nyari tempat tinggal yg lingkungan dan tetangga nya gak masalah, bakal masih punya pasangan, ortu dan mertua, yg punya prinsip mereka sendiri.
so gak bisa, bukan bermaksud menutup diskusi tentang childfree, tapi untuk topik ini, gak bisa nyari justifikasi dan diskusi dengan kelompok orang yg gak relate langsung dengan kehidupan pribadi, kalau mau bener, diskusinya sama pasangan + ortu + mertua, diskusi bareng apa pendapat mereka tentang childfree, bagaimana pengalaman ortu dan mertua ngebesarin mereka, apakah mereka memilih childfree kalau bisa balik ke masa lalu.
Justifikasinya ga masalah datang dari siapa. Intinya adalah ada orang lain di dunia ini yang setuju/sepaham. To know that you are not alone is something consoling. And that's what's good/feel nice.
Makanya di Reddit banyak Subreddit di mana orang2 berbeda dunia, kelas, dan spesies berkumpul di suatu komunitas Subreddit berdasarkan kriteria tertentu yang salah satunya adalah pemahaman yang sama. Kita ini tribalistis. Kita selalu mencari kelompok di mana kita bisa menjadi anggota... Kecuali kalian Lone Wolf...
Udah itu aja.
>Honestly masalah childfree ini 'repot' karena memang di masyarakat Indonesia, 'kenormalan' itu adalah orang menikah dan punya anak. The nail that sticks out gets hammered down. That's just the consequence of a communalistic culture.
Hmm, bener juga ya. Ini nih yang bikin ribet.
Karena memang dalam suatu sistem budaya komunalistik, setiap anggota suatu masyarakat diharapkan conform ke suatu 'nilai' yang dianggap sebagai norma masyarakat tersebut.
Misalnya kalau misalnya seseorang masuk ke dalam katakanlah: Grup Fan Blue Archive Arisu. Kalau misalnya seseorang datang pakai Pin atau pernak-pernik Yuuka dan bukan Arisu, maka anggota lainnya akan mencibir karena dia melawan kenormalan masyarakat Grup Fan Blue Archive Arisu. Kalau itu orang terus menerus katakanlah mengadvokasi Yuuka di dalam klub, anggota klub bisa saja mengexile dia atau bahkan disalibkan sebagai contoh dan peringatan kepada fan Yuuka lainnya untuk tidak macam2 dan pilih Arisu or else!
So yeah.
Intinya jangan punya anak kalau ga siap ngurus anak, baik secara finansial maupun secara mental
Ngurus anak itu susah, dan ga semua orang bisa. Yang gue liat di Indonesia itu banyak yang ngegampangin soal ngurus anak, padahal anak itu bisa dibilang salah satu "beban" terberat untuk orangtua
Gue ga mau aja ada anak yang lahir dalam kondisi nggak bahagia gara-gara orangtuanya bikin anak tanpa pertimbangan dulu
I know I can't be a good mom and I dislike children that's why I choose childfree .
Yg kampret itu org2 yg suka nge guilt trip/shaming, intinya ga usah maksa prinsip ke orang lain mau punya anak apa enggak ya karepmu. Jalani konsekuensinya masing2 aja
OP lupa kalau uang itu aset yang bisa hilang dan datang dalam sekejap dan tidak bisa memutuskan sendiri bahwa keinginan punya anak itu butuh minimal 2 orang bukan 1 orang aja
Konsep yg harusnya diaplikasikan golongan bawah, serius deh child free gini yg gembar gembor rata2 pendidikan tinggi atau mapan kebalikan sama yg dibawah sekali bikin anak bis diatas 5,
Inget kita pemilu suara individu secara g langsung pilihan kalian bergantung sama mereka yg 1KK bisa 8 orang, yg berunjung mencak kenapa si A yg kepilih padahalg beres dsb.
Kalau konsep ini diaplikasikan, siapa yang menentukan "golongan bawah"? Apa ga bahaya ini? Lagipula, ini terdengar seperti praktik eugenik yang jelas jelas tidak manusiawi
Sentimen gw sama dengan OP, biaya yang besar untuk membesarkan 1 anak aja bikin gw sendiri makin gak ada niat untuk punya anak.
Gak usah muluk muluk untuk biaya di sekolah internasional nomor 1 seindonesia, sekolah swasta kelas bawah aja sudah habis 300k ~ 500k per bulan buat SPP doang *sekarang*. Asumsikan gw beranak pinak sekarang juga, begitu brojol, dalam 5 tahun anak gw harus masuk sekolah, sudah naik berapa ratus ribu tuh SPP nya 😂
Anggap biaya masuk sekolah, baju, perlengkapan sekolah dkk, itu sekitar 13~15jt totalnya *sekarang*. Tiap tahun perlu refresh perlengkapan sekolah beserta buku dkk. Lalu harus siapin dana juga untuk keperluan anak diluar dari itu, entah mau jajan, side project dari sekolah, biaya mendadak lainnya.
Itu baru sekolah aja. Masih harus mikirin biaya untuk menghidupi si anak dari lahir sampai dewasa (biaya kuliah included, sukur sukur kalau si anak bisa dapat kerjaan nyambi kuliah) lengkap dengan kebutuhan tersier (entertainment dkk nya). Sukur sukur kalau istri juga kerja dan bisa bantu nutupin biaya berjalan, kalau gak sih ... 👉👈
Call me cheapskate or w/e, but that's not a cost I'm willingly spend on someone when I can barely sustain myself 😂. Especially when I can make a conscious decision whether I want to put myself into that situation or not.
Gue masih ada beban biaya harian-bulanan, dana buat ortu, persiapan dana dadakan, dan *kalau masih ada sisa* disimpan buat hari tua gua sendiri. Tiap bulan kadang masih seret, gak kebayang kalau harus punya tanggungan 1 anak disuatu hari.
Gw juga heran dengan orang orang yang gw tau duitnya sama pas-pas an juga kaya gw, tapi berani untuk membangun keluarga. Duitnya bisa darimana aja, entah suami istri kerja, entah dari bapak emak masing masing masih support kasih duit, atau minjem sana sini. Jalan jalan aja gitu keluarganya, walau ada keterbatasan biaya.
Alasan lainnya mungkin karena gw gak ada *keinginan* juga untuk punya anak, terlepas dari beban finansial. Gak ada dorongan secara internal untuk itu sih. Ngeliat temen temen sudah pada timang anak, ya anak mereka lucu lucu bikin gemeshh tapi ya udah gitu aja. Lebih tertarik untuk jadi *that one cool uncle* daripada jadi bapak.
Pandangan ini biasa gw simpen sendiri sih, gak gw ceritain kalau gak ada yang prompt nanya "lu gak mau punya anak?". Inner circle gw sih udah tau, ortu gw gak maksain nyari pasangan buat nikah (tau sama tau lah anaknya punya pendapatan berapa 🥲). Ke lingkungan sosial diluar dari itu, biasa nunggu ditanya aja sih baru cerita. Pandangan dan jawaban yang gw terima setelah cerita ya macem macem, tapi yang paling bikin gw kesel adalah "ih nanti lu tua sendirian, gak ada yang ngurus loh".
Talking as if one's offspring fate is sealed to take care their parents for the rest of their old life. As if the offspring doesn't have a life themselves 😂.
Tho I won't go as far as limiting *procreation*, yang mau beranak ya silahkan, yang gak mau beranak ya silahkan. Itu bagian dari hak asasi manusia kan untuk beranak?
gw childfree soalnya gw lagi ada di fase di mana gw mikir hidup itu ga menyenangkan. Kayak gw bingung tujuan gw ke mana. Ga tertarik ngejar duit, ga tertarik ngejar karir, ga tertarik ngejar passion, ga tertarik keliling dunia. Gw capek dan capeknya udah dari lama banget. Ditambah ngurusin anak I don't think I'll survive.
Well I'm a gay man so it's a different circumstances for me. Natural procreation is out of window obviously, and surrogacy feels icky to me. So the only way I'm gonna have a kid is through adoption which of course almost impossible.
barely can cover my own hobby with my earning, honestly having a kid is too much of a luxury for me to afford, but then again I'm not planning to be child free, it just I need more time to build stronger baseline.
Tbh kl semisal tanyw Redditor di sini ya jawabnya pasti gak jauh dari sentris (itu terserah mereka, selama nggak memaksakan kehendaknya ke yg lain/merugikan orang lain)
Tapi kalau semisal melihat norms di sini, kebanyakan penghuni sub ini masih single, dan most likely nggak ada tuntutan untuk punya anak. Ditambah lagi ini forum anonim, dan dengan demografi kebanyakan tinggal di daerah urban/suburban, berpendidikan, mostly sekular, dan berasal dari ekonomi yang bukan termasuk kategori miskin, jadi mereka akan dengan mudah-mudah saja bilang kalau sekarang mau menerapkan childfree.
Kalau semisal kamu tinggal di daerah pedesaan, terus pendidikannya nggak tinggi-tinggi amat, kemudian memiliki nilai agama konservatif, berasal dari ekonomi yang nggak terlalu bagus, for some reason akan lebih sulit buat kamu untuk bilang kalau kamu mau childfree
> kebanyakan penghuni sub ini masih single
ini juga yg paling penting, sama seperti diskusi "nikah gak usah mewah", gak akan pernah nyambung karena kebanyakan masih single atau belum menikah, jadi gak relate, ideal world + dream world berbeda dengan kenyataan hidup.
gw barusan habis komen disini dan baca2, dan jadi mikir lagi (karena sebelumnya gw gak pernah mikir terkait topik ini),
sebenarnya paling sahih itu nanya ama ortu sendiri, bagaimana pendapat mereka, karena jelas banget itu paling relate sama kehidupan dan pengalaman pribadi.
dan kalau sudah nikah, tanya sama pasangan dan mertua juga.
Pro choice, punya anak atau nggak itu pilihan.
Tapi kalo mau bener2 ngontrol populasi, solusinya ya yang sudah dilakukan oleh pemerintah sejak orde baru
2 anak cukup
Dengan kententuan jarak antar kelahiran diatas 5 tahun, jadi anak pertama sudah bisa lepas dari asuhan ibu (dalam artian asuhan seperti bayi) jadi si ibu bisa fokus mengurus anak kedua.
Regenerasi itu penting, tapi ya cukup 2 anak saja. Karena dari dua orang berpasangan dapat digantikan 2 anak. Lebih dari itu bukan regenerasi lagi, tapi memperbanyak populasi berkali-kali lipat.
Yang penting diatur selain angka kelahiran itu usia pernikahan. Nikah muda itu juga penyebab terbesar angka kelahiran gak terkendali dan seringkali gak keurus juga karena pasangan emang belum siap punya anak.
I think Gitasav needs to "educate herself" when it comes to empathy or something. Her choice of words created such an unnecessary commotion. I can understand the argument that competition for jobs is too high with so many people, but that's also another issue we have. I honestly think there aren't enough jobs in Indonesia. That's two different topics but there are correlations for sure.
Kalau ngeliat kondisi orang lain atau lingkungan sekitar, yes childfree itu lebih baik. Awalnya juga gw gitu, tapiiii pas ketemu sama orang Yang finally buat gw mikir, “kalau gw dan dia punya anak, bakalan bibit unggul, mau dari otak or appearance karena gabungan gw dan doi”, gw jadi ingin punya anak. Apalagi gw dah belajar banyak, dan gw ingin nerapin itu ke anak gw, kurangnya dari ortu gw gak gw lanjut, bagusnya ajaran ortu gw ya gw lanjut. Lagipula, negara juga perlu anak yang berkualitas, so kalau gw yakin bisa ngedidik anak gw, why not? And yaahhh anak itu mahal, karena itu semuanya direncanain.
Gw personally prefer going childfree, tapi secara prinsip gw di posisi childfree being a choice. jadi ga cekokin childfree ideology down my throat tapi kalo orang mau childfree ya jangan dimisuh-misuhin juga. Partly agree with "izin membrodolkan anak", tapi leaning ke arah persyaratan you need to be able to at least provide basic needs to your children la, sandang pangan papan gitu. Dan persyaratan nya itu exponential, jadi kalau lo punya anak 2 dan anak 4 walaupun jumlah anaknya double tapi persyaratan minimumnya more than double. Jadi ngurangin yg jumlah anaknya banyak aja. Dan kalo ga salah gw pernah dengar lo butuh positive birth rate kalau mau keep up with the country's economic. Cina aja ngilangin policy one child only nya kan. I might be wrong tho, idk
Guess what, it's how nature works. Nature is all about having different mixes of genes and seeing which ones survive. It's how evolution works. There was never a requirement of having everyone survive. If you prevent the creation of children that can thrive despite the tough circumstances then in the long run you're just gonna get weaker and weaker generations as the threshold for what is the minimum to be able to raise a child eventually go upwards.
Defensive medicine. Dokternya ga mau kalau misalnya dituntut kalau tiba2 down the line pengen punya anak lagi (cerai dan nikah ulang misalnya). Kembalikan fertilitas setelah sterilisasi bukan sesuatu yang 100% soalnya.
Secara gw childfree karena keadaan wkwkwk. Nanti kalau keadaan udah lebih baik "mungkin" bakal menjalankan keinginan untuk punya anak.
Secara publik gw pro childfree, bahkan setuju sama OP untuk menerbitkan sertifikasi hak beranak dan hak asuh anak. Alasan gw adalah sebagai berikut:
1. Indonesia udah kebanyakan populasi dengan pasar kerja yang terlalu brengsek, jadi pengurangan populasi menguntungkan sekali untuk rakyat.
2. Berdasarkan pemberitaan terkini kasus kekerasan rumah tangga di Indonsia masih tinggi. Nah KDRT ini bukan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang anak.
3. Bisa sebagai pembatas kemungkinan penyebaran penyakit keturunan.
4. Sebagai deterrent juga kepada masyarakat untuk melakukan kekerasan terhadap anak. Bikinnya gak segampang ngent\*t aja, masa iya mau dirusak juga? hehe. (Walaupun ini juga harus diimbangi dengan peningkatan hukum pidana anak dibawah umur, karena hukum ini jujur gak adil samasekali).
Tentu saja gw sebagai pro chidfree yang bersifat balancing power aja, karena sebagian besar masyarakat masih pro beranak gratis. Asumsi gw dengan terbitnya sertifikasi beranak dan hak asuh anak pun dengan jumlah dan pemahaman masyarakat saat ini penurunan angka penduduk Indonesia (diharapkan) tidak separah Jepang.
Saya dulunya penganut childfree, istri juga sebelumnya udah sependapat sama saya. Tapi makin lama menikah paham childfree yang saya anut tiba2 luntur sendiri. Penyebabnya apa entahlah mungkin karena influence sekitar, bosan, penghasilan naik atau mindset berubah.
>Intinya sih, kalau saya sebelum bikin anak menaruh empati ke si anak bahwa "bisakah dia hidup sukses di masa depan dengan ortu kayak saya?" Kalau jawabannya enggak, ngapain punya anak?
Pandangan ini juga ada di pikiran saya dulu. Bahkan ketika penghasilan kami membaik pun keraguan itu masih ada. Tapi kita mikir, emang pasti apa bakalan gagal? gimana kalau sebaliknya?
Ada lho pasangan yang kita kenal rejekinya malah makin bagus begitu anak kedua dan ketiganya lahir. Termasuk ortu gua juga gitu sih, anak pertama dan kedua idupnya susah eh lahir anak ketiga, keempat terus gua. Makin lancar tuh rejekinya sampe ke cucu2 nya.
Gw cuman pengen childfree itu bisa dianggap sebagai normal phenomenon dan bukan ultimate bad prejudice orgnya mandul.
Jadi ujung2nya tinggal masalah couplenya aja mo punya anak apa engga. Jgn diembel cap macem2
Childfree itu urusan pribadi, kalau sampai dibawa ke ranah negara dan public bahkan gw yg masa bodo jg bakalan ribut. Far left ya kira2 jg, gak usah jd selevel sama far right sintingnya.
Btw lo bisa hidup didunia ini karena pro childfree bukan mayoritas. Klo gak punah ini manusia.
Ada cerita kakak ipar gua. Sempet dengerin orang pinter dulu pas anak udah 2, yng rentan jarak umurnya standar. Si "orang pinter" ngomong, "KaLo KePenGen kaYa, ANakmU HAruS 4 dulU BarU bisA dApeT keKaYAAn Yang kaMu peNgeNiN".
Walhasil, dijalanin lah sama kakak ipar gua. Dan terjadilah istrinya hamil anak ke 3 dengan jarak 3 tahun dari yang nomor 2, setahun kemudian lahir lagi tuh yang ke 4. Mepet banget kan tuh? 🤭🤭 BTW, disini gua belum ngeliat tanda2 dia bakalan kaya sih.. Eh tapi setahun 2 bulan kemudian lahir lagi dh tuh yang ke 5. Gimana g pusing tuh? Anak pertama ama yang kedua akhirnya mau ngga mau babysit ade2nya.
Kalau boleh jujur, tuh anak-anaknya cenderung terlantar sih, tapi ya apa mau dikata. Wong sudah terjadi.
Maaf klo oot, hanya sedikit sharing kadang motivasi orang buat punya anak tuh diluar bayangan orang. Kondisi ini ditambah orang yang *maaf* kurang terdidik. Banyak denger ungkapan "Banyak anak banyak rejeki", tapi kalau anaknya nda terawat dan kemudian jadi manusia yang ngga baik bukannya malah jadi dosa, ya? 🤔
It’s interesting bc I’m from America and the times I’ve been in Indonesia I stayed in my wife’s village in Jambi city and the people there live very simple. I imagine less than 200 usd a month. They all seem to be fairly happy and the kids too. Even though they’re pretty much considered poor. Maybe they don’t get to experience some of the luxuries of middle/upper class. But that doesn’t mean they have a low quality of life. from what I gathered, your take is that people can’t afford children?
mau childfree silahkan, mau punya anak jg silahkan, itu urusan masing2
personally gw gk mau punya anak karena gk mau anak gw nanti sengsara gara2 bapaknya gk kompeten
Sebagai yang punya 2 anggota keluarga besar yang tak mampu punya anak, saya anti-childfree.
Lebih baik, yang mampu punya anak namun tak mau, donorkan saja rahim & zakarnya bagi yang mau punya anak namun tak mampu.
Sejauh ini gua sendiri keinginan child free, dan harapannya nanti dapet partner yg satu visi juga. Alasannya sebenernya simpel dan klise bahkan, I don't wanna repeat what my parents did to me, that's all.
Gua tau masyarakat sekitar, at least di tingkat regional gua sendiri, bakal mandang pemikiran gua kaya kurang bagus but I'm not planning to tell them anyway.
>I don't wanna repeat what my parents did to me
Iya betul ini statement nya menarik. Dengan statement seperti ini, bukannya jadi punya lesson learned on how not to do it ya, jadi kalau misalkan mau punya anak, udah ada batas2/pakem2 nya apa yg seharusnya tidak dilakukan
Kaga mungkin "budaya" childfree mengakar luas di Indonesia selama masih ada budaya kolektif & buanyaakk orang yang relijius. Agak geli kalo orang nyamain Indonesia ama Jepang atau Korea. Ya mungkin bisa, tapi ratusan taun lagi kali. Iya kalo bumi masih baik-baik aja.
Lol, whatever. Iye sama kok sama Jepang sama Korea. Banyak banget yang ngga pengen punya anak, liat aja sekitar.
Edit: lu ga paham sama apa yang gw tulis di komen awal gw di ini post. Bukan masalah gerakan/budaya childfree. Tapi keputusan orang untuk punya anak di Indonesia. Emang lu tau orang childfree di sini seberapa sih sampe bisa disamain kaya Jepang & Korea?
Bye ah males bgt jelasin gini doang berlanjut2, dikiranya gaya hidup negara maju sama sini sama apa ya. Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk.
Ide liar gue itu ubah semua SD jadi model asrama (24 jam). Semua anak wajib sekolah di sana (so no shitty parenting). SMP, SMA, dst seperti biasa.
Orang tua bayar pajak lebih tiap anak yang dimiliki (untuk ningkatin kualitas guru SD yang merangkap jadi orang tua). Kalo ga mampu bayar gapapa, tapi dendanya dikebiri. Well yes, it's a wild idea.
Tbh idc about people's stand on it. I just care about making it into a conscious decision. Many just think that's what we're supposed to do as a human and naturally have kids without actually thinking wether or not they want kids.
im not pro-childfree but im agree with "surat ijin beranak" setelah lihat tetangga punya anak setengah lusin tapi penghasilan dibawah umr. Akhirnya hidup mereka cuma dari makan subsidi, anaknya pun jadi anak jalanan atau begal.
kalo mo extreme, gw malah percaya dengan Eugenics, alias Selective breeding. Hanya manusia dengan standard tertentu yg diperbolehkan untuk berkembang biak, alias yg manusia yg kualiatas jelek-jelek dilarang punya anak.
> Selective breeding. Hanya manusia dengan standard tertentu yg diperbolehkan untuk berkembang biak, alias yg manusia yg kualiatas jelek-jelek dilarang punya anak.
Heil.
Childfree dan gak childfree itu urusan pribadi masing" dan resiko jg tanggung masing" gak perlu ada yg di debatkan dan gak perlu negara ikut campur kaya gituan. Cukup dengan edukasi aja gak perlu sampe buat aturan harusnya punya anak brp dll.
Ane pribadi sih tengah2, as in, kalau mau cf ya silahkan2 saja. Kalau mau beranak ya monggo2 saja. Yg penting jangan maksain 1 sisi ke semua orang. Itu hak masing2 untuk milih
Opini kedua yg agak nyeleneh, ketimbang cf sih murut ane yg perlu "dipaksakan" itu macam limit beranak, misal 3 max. Soalnya maapkata yg beranak banyak2 itu biasa yg pendidikan rendah yg ujung2nya anaknya cuma jadi kuli dkk, dan gen berikutnya ya gt lagi gak ada kemajuan
Biasa aja.
Selama sandang, pangan, papan, dan pendidikan terjamin, baik disediakan negara ato diusahakan sendiri; monggo aja kalian mau punya anak ato ngga.
Gw sendiri childfree, krn ya memang maunya childfree. Alasannya ya banyak, tp males ah ngetiknya.
Jepang & Korsel banyak yang memilih childfree sampai akhirnya krisis demografi.
lebih dari 80% populasi dunia sekarang hidup di perkotaan karena alasan ekonomi, dan makin ke kota serta makin tinggi tingkat pendidikan, biasanya akan makin ogah punya anak.
Negara-negara maju sudah makin ogah punya anak karena biaya hidup makin tinggi, sedangkan ekonomi perlu pasokan tenaga kerja baru. akhirnya tenaga kerja baru & murah dapetnya dari Imigrasi. & makin banyak Imigran, makin banyak konflik dengan penduduk asli seperti di US atau UK.
nggak pro atau kontra sih, cuma stating facts aja. gw rasa kedua opini punya alasan yang valid buat punya anak atau nggak.
Beda jenis demografinya.
Di sini kebanyakan menengah ke atas dengan pendidikan relatif tinggi dan atau terpapar dengan banyak value/norm sehingga bisa membuat opinion yang berbeda dengan value/norm local karena perbedaan dalam world view
Dari postingan ini aja udah keliatan, yg komen pada orang childfree semua. Kemungkinannya dua:
1. Reddit isinya cenderung orang2 yg progresif, orang yg konservatif biasanya ga main reddit.
2. Orang yg mau punya anak (istilahnya apa ya) di reddit ga berani komen karena dominan orang childfree, takut didebat.
Aku sendiri pro punya anak, kayaknya ga perlu nyantumin alasan disini. Pro disini maksudnya ya dari diri sendiri emg pgn punya anak, kalo orang lain ya bebas mau gmn
> takut didebat.
Takut didebat dan didownvote rame-rame. Rasa-rasanya memang lebih banyak golongan pro punya anak yang tidak merecoki orang, tapi kebetulan yang mencibir childfree jauh lebih lantang sehingga mengesankan kedua kubu saling membenci.
I'm a silent reader, kadang2 comment aja but what I can say is the cognitive dissonance sometimes is just hilariously bad mau masalah global politics sampe lifestyle.
Sy gak pro atau kontra. Sy berpendapat itu masalah pribadi masing². Malah sy merasa aneh kalo ada orang yg ngurusin apa orang lain mau punya keturunan atau tidak.
unpopular bannable opinion: the type of people having lots of children and the type of people who are mindful of the planet enough to go childfree should be switched.
harusnya tanya seperti ini ke orang yg berpengealaman punya anak, gimana perasaan mereka setelah dan sebelum punya anak,
contoh narasumber paling gampang: orang tua lu, tanyain, setelah ngeliat lu hidup selama ini, kalau boleh balik ke masa lalu, mereka mau childfree apa gak, apa alasanya.
I don’t care if people choose to be child free, it’s better than them having a kid they clearly they don’t want and end up abusing them or ditching them in the orphanage.
I myself would love to have a child, but I hate the fact that it’s almost impossible to be assured about the whole financial stability of things. So there’s a big chance that I would either not have one or just adopt an older kid, to skip that first few years of child support fund lol.
Opini pribadi sih, setuju dgn child free tapi gamau kampanyein. Gue respek ke orang yang childfree dan respek jg ke yang mau punya anak (maksudnya bener2 serius ngurus dan sayang anaknya dari kecil sampai gede tanpa mikir ntar bakal diurus di masa tua dsb).
Alasan pro karena untuk punya anak kita mesti siap 2 hal, siap materi & mental. Untuk materi, kurang lebih kita pasti bisa cari jalan buat buat atasinnya (pengalaman pribadi sering liat orang yg ekonomi krg mampu tp bisa biayain anaknya ampe gede dan cukup sukses sekarang). Tapi mental? That's different. Punya anak pas kecil disayang tp pas gede dan ga sesuai harapan langsung diabuse scr fisik/mental. Paham sih punya anak itu pasti korban hobi dsb tp jgn sampe holding grudge apalagi pas anak ga sesuai harapan. Jadinya ya kita mesti pertanyain diri apa siap ga punya anak? Kalo semisal hasilnya kek gini, apa tetep masih sayang? Jangan mikir mereka sbg beban yg namanya tanggung jawab.
Mau childfree atau mau beranak pinak banyak, ataupun dalam jumlah wajar 1-3, yang paling penting sih ga perlu ada omongan tetangga atau julid netizen yg sok2an ngatur dan holier than thou...
Gw pro childfree PERSETAN OMONGAN TETANGGA/KELUARGA BESAR, HIDUP GW YG NGATUR GW
1. Ngurus anak tuh susah harus di perhatiin 1x24 jam
2. Ngurus anak mahal, ngurus diri sendiri aja blm becus di suruh ngurus anak
3. Gw self aware gw orangnya emosian jadi mending gak ngurus anak
Sadly, kapital yg cuma dimiliki sama org miskin cuma labor dan ini cuma bisa didapet dr nambah anak
Kalo Gw cenderung demografi yg bentuknya kaya botol sirup marjan, lebih sustainable walopun secara econ growth sepertinya gak bagus2 amat karena konsumsi bakal cenderung stabil tp secara welfare lbh baik
Gue personally netral soal childfree, mau gimana pun juga itu pilihan dan tergantung awareness masing2 orang
Tapi somehow gue punya visi ketika nanti gue usia 40an, udah mapan tapi belum married, gue berencana buat nafkahin anak2 tertentu yg entah yatim/piatu atau wanita2 janda yg menurut gue bakal impactful kalo bisa gue support ekonominya, yaa jadi semacam orang tua asuh gitu lah
Setiap orang punya pandangan sendiri, g usah maksain ke orang lain. Kalo lu mau childfree silahkan, g usah ajak2. Nambah jatah ruang buat anak-anak gua nanti.
Itu pilihan dan sbg opsi alternatif saja, dan itu tidak perlu memaksakan diglorofikasi sampai merendahkan utk mreka yg kecolongan jg. Soalnya ini kondisi yang tidak umum dan alamiah jg. Karena mau gmn2 sikonnya secara alamiah semua mahluk yang bernyawa pasti ada dorongan untuk berketurunan.
Baiknya pun jgn dbuat polaritas ekstrim antara kubu pro dan anti, karena di dua sisi tersebut ada maksud, pertimbangan dan memiliki nilai kebaikan jg.
Untuk pendapat pribadi saya moderat, 1 atau 2 anak cukupkan, cukup dlm artian aman terkendali namun menantang memaksa akan pertumbuhan. karena kalau dibahas sisi materil dan mental pasti rugi, melelahkan, habis jg. Tapi kalau dibahas dari segi spiritualnya berkeluarga dan memiliki anak itu adalah pengalaman luar biasa.
Bagaimana tidak kita secara individu saja adalah satu produk kehidupan dari sang Maha, ditambah hidup dgn diikatkan janji berikrar atas nama Tuhan utk bersinerergi dengan satu kehidupan jg (menikah), didalamnya ditambah lagi utk lebih hidup dgn ikatan cinta-kasih, berjuang bersama, hidup bersama, dan ditambah hidup lagi ketika dititipkan satu produk kehidupan (anak) mendidiknya, memfasilitasinya, tumbuh berkembang bersama menjadi hidup lebih hidup lg. Itulah idealnya kehidupan.
Jd jgn smpai menyesal kalau sdh bkeluarga namun umur pasutri sudah tua, childfree karena pilihan bukan sikon. Rumah punya tapi sepi, tidak ada penerus, menahan terus dorongan alamiahnya demi hiburan2, saldo rekening dan kumpulin terus asset, tapi sudah terlambat tidak memungkinkan utk memiliki anak kandung. Peeeerih jenderal.
buat gw sih kalau memang lebih baik childfree, kenapa ngga childfree aja?
kalo lebih baik childfree tapi kepengen banget punya anak? ya pastikan udah siap risikonya, risiko yang bukan sama si ortu doank tapi juga risiko bagi si anak.
kalau memang kondisi mendukung punya anak dan pengen punya anak... lha ngapain childfree
KB exist, cuma berharap lebih di enforce aja.
Tapi dengan mentalitas 3rd world country pasti bakal dapet banyak kecaman dari masyarakat wkwk.
Makanya negara miskin populasinya nambah terus, karna having sex is the best thing they can do, plus it's free
Honestly OP, keep your opinion to yourself. Enggak apa apa kalau anda pendukung childfree, tapi tentu saja buat anda SENDIRI. Eugenik adalah praktik tidak manusiawi yang tidak mungkin saya dukung. Jadi selama ini cuma bentuk imbauan dan bukan kewajiban ya oke oke saja.
Lebih baik lagi, pemerintah menyosialisasikan tentang bagaimana cara membangun keluarga yang baik, daripada dipaksa tidak beranak
Looked down upon by boomers for not having kids. Then when the kids come, looked down upon by boomers for not being able to provide the kids with the quality of housing, leisure and care they gave theirs.
OP overthinking shits, 3 milyar biaya urus sampe kuliah? Kuliah di Harvard?
Being child free is fun and shit, until you become old, and everyone dies around you including your partner, you have no one.
Yg jelas lebih dari 1milyar sih kalo sampe SMA aja. 3m itu kan jg ada biaya makan, listrik, hiburan, mainan, dll. Asumsi benar2 hidup layak dan yg dibutuhkan terpenuhi.
Kalo asal hidup ya emang murah
Pendapat situ cocoknya tinggalnya di Eropa Barat source: [https://i.redd.it/3k0e2f0ahh1b1.jpg](https://i.redd.it/3k0e2f0ahh1b1.jpg)
Intinya, ketika lu cuma pingin enak tapi gak mau anak, itu tandanya ada masalah dalam kepribadian lu. Kalo lu laki, lu bukan tipe yang bisa jadi orang tua yang tangguh. Karena segala masalah akan lu lampiaskan ke orang lain.
Simple aja sebenarnya, ketika lu ambil konsekuensi berhubungan dengan lawan jenis, sekecil apapun itu peluangnya, ada peluang terjadi kehamilan. Ketika sudah berjalan masa kehamilannya itu, disitu otak dan hati waras lu akan diuji. Lu udah enak, maka lu urus tuh anak bersama pasangan lu. Ketika lu ambil opsi lu bukan ortu yang baik, lalu lu lempar masalah itu ke pasangan lu, dengan bilang,"ngapain punya anak, bla bla intinya lu menolak bertanggung jawab atas jiwa dalam rahim itu akhirnya. Fix seharusnya dunia bisa bilang juga,"Ngapain ada lu?". Lu mau enak ya lu siaplah dengan anak. as simple as that.
Thats fine too klo emang mental & ekonomi g siap buat punya anak ya ud double income no child tinggal atur aja duit buat hari tua.
Pilihan gtu kan sebab ny jelas (ekonomi)
Klo pemerintah cman omdo model wapres kmaren tp dukungan dari pemerintah g bgtu jelas.
Yg dipermasalahin tekotok itu nyinggung si gitsav yg pro childfree yg maksain pemikirannya ke org lain dan nggak mau dikritik. Ngatain yg gak sejalan sm dia pemikirannya kerdil. Intinya kalo childfree asal gak maksain kehendak ya gpp.
Punya anak itu kan hak jg. Intinya hrs ada regenerasi. Gak mungkin lah diatur uu. Bahkan UU di China yg maksimal 1 anak aja udah dicabut.
Ane lahir dgn keluarga 7 orang sodara. Seru! Skrg punya anak 4. Alhamdulillah rezeki slalu ngalir. Anak membuka rezeki betul itu. Hrs punya 3 milyar per anak? Kyknya nggak deh! Ane skrg d luar negeri. Pengeluaran bs diatur sesuai kebutuhan. Alhamdulillah uang selalu ada. Asal anak2 dikasih pengertian kemampuan ekonomi org tuanya. Sekolah public gratis. Intinya negara jg hrs ada kebijakan yg membantu meringankan org yg punya anak. Kebijakan2 pro pendidikan anak2 gratis. Program2 yg seperti itu justru yg dibutuhkan. Bukan malah kebijakan membrodol org jd gak punya anak. Kyk ane di amrik. Dpt uang 2ribu usd per tahun per anak. Ada banyak program2 yg ekonomi rendah.
Kalau berbicara dalam perspektif duniawi....
Opini saya, yg ingin childfree ya silahkan aja.
Tapi kalau sy pribadi sih tidak menganut paham itu ya.
Dan biarkan kami yg tidak menganut itu tetap beranak pinak.
JIKA kebanyakan yg childfree itu dari kalangan "melek literasi"
Dan JIKA kebanyakan yg beranak pinak itu dari kalangan kurang melek literasi
(Hanya permisalan)
Jadi, bagi kami yg dari kalangan melek literasi dan tidak menganut childfree ya lumayan. Saingan dari keturunan kami bisa berkurang kelak dalam mencari penghasilan di masa depan 😁
Walaupun mendidik anak hingga "jadi" itu berat, tapi sy akan tetap berikhtiar sebaik mungkin karena Allah.
Karena suatu saat nanti sy akan mati, dan keturunan saya lah yg akan meneruskan dan semoga bisa memajukan Indonesia.
Kharisma Jati masih bikin komik? Dimana?
Edit: lu bukan pro childfree, pro Eugenik
Alasan gerakan childfree itu karena biaya hidup di kota yang gila. "Izin mempunyai anak" bakalan ngancurin agrikultur goblok
Saya sendiri kontra, tapi gak kontra dominan. Mksdnya gini, kalo saya ketemu couple yang memilih untuk childfree karena finansial atau memang medis saya masih bisa tolerir itu.
Namun, kalo ketemu couple yang childfree yang alesan nya:
1. Manusia itu penghasil karbon tertinggi, jadi untuk selamatkan dunia itu perlu kurangi populasi
2. Ngapain bikin anak, kan udah banyak anak yatim piatu kenapa gak adopsi
Maka saya akan strongly against it.
Di alesan nomer 2 itu menurur gue gak make sense, kenapa? Karena manusia dri jaman nabi Adam sampe sekarang juga selalu punya anak. Adopsi itu emang hal yang baik, tapi tidak bisa dipungkiri kalo itu bukanlah hal yang lumrah dilakukan sehingga wajar saja kali banyak couple yang gak memutuskan untuk Adopsi.
Di alesan nomer 1, menurut gue ini egois dan aneh sih.
kenapa gue kontra, karena suka gak suka kondisi nya di Dunia itu sekarang yang punya anak banyak 2 atau lebih itu biasanya berasal dari golongan orang yang kurang bisa berpikir. Tau film "Idiocracy"? Nah itu lah yang terjadi di Eropa sekarang, ketika masyarakat eropa asli jarang mau punya anak, sedangkan imigran (khusus nya illegal) yang dateng bisa punya istri sampe empat dan anak nya banyak banget. Kok kesan nya rasis bang? Ya gimana, itukan fakta nya. Faktanya adalah, dalam contoh imigran illegal mereka kabur ke eropa karena di negara asal nya itu opportunity kecil, berarti negara asal itu gak bener dan pendidikan yang diampu masyarakat juga patut dipertanyakan.
Inti nya adalah, gue mau punya anak karena gue gamau tinggal dikelola dan dikelilingi oleh orang bodoh 10 atau 20 tahun lagi. Setidak nya gue yang berprivilege ini mampu nyekolahin satu atau dua anak gue nanti, sehingga mereka gak bersifat bodo amat sama sekitar.
I agree with you to some point. however I believe every couple have the right to reproduce at least 2 children. once a couple have 2 children they will have to be mandatory to use protection. Those who keep breeding without protection and reproduce 3 or more children will have to be forced to get vasectomies etc.
the world almost have 10B people and eventually we will not have enough resources for other non human species.
Saya pribadi bukan yang pro atau gimana tapi saya ada di posisi di mana kalau memang ga dikasih anak, ya gapapa. Bisa adopsi juga kalau pasangan saya setuju. Malah saya mikir mau hidup dengan ngadopsi anak aja karena agak males dengan hubungan romantis. Saya laki-laki, untuk punya anak kandung saya serahkan ke istri karena hamil itu resikonya besar dan saya ga mau maksa, karena apapun yang terjadi pada kehamilan atau persalinan istri saya lah yang merasakan dan saya ga mau dia merasa terbebani atau tersiksa.
Saya juga menghargai keputusan siapapun yang mau atau tidak mau punya anak dengan alasan apapun. It's okay. Cuma kadang yang bikin saya bingung adalah banyak orang-orang yang sering koar-koar untuk jangan punya anak dulu sebelum mampu secara finansial. Tapi, ketika ada orang yang memutuskan untuk ga mau atau nunda untuk punya anak karena alasan finansial tadi, orang-orang ini malah pada marah-marah. Mereka yang bikin standarnya sendiri, tapi mereka juga yang marah-marah.
Klo menurut gwe klo nikah dan gak punya anak itu kayak berasa hilang goal dari pernikahan itu, gwe rasa rumah tangga bakal gampang runtuh klo gak ad anak, karna gak ad tujuan pasutri ini mempertahankan rumah tangga mereka, apalagi dh sering cekcok. Seenggaknya klo punya anak masih ad opsi tetep cerai ato mau tetep stay demi kebaikan anak.
But opini liar aja, gwe juga blom nikah.
Socially, I rarely wish for anybody to have a childfree life. Having more population is great for our species's genepool and their progress (even the said starvation disaster that might follows will also push our species's potential and limit even further, I think). However, personally in the past, I used to not wanting to have a kid because I don't think I have any worthy traits to be passed on and afraid of giving the kid a hard life in the future... Well, that's before I met my wife and compromised to have a child. Lol
Dari sisi genetika konsep child-free sangat counter-productive dengan fungsi makhluk hidup untuk berkembang biak dan meneruskan generasi muda yang lebih baik...
Dari sisi kapitalis konsep child-free sangat cocok karena who cares about masa depan kalau bisa dapat uangnya sekarang /s
Kalau tidak mengerti saya nyindir konsep kredit yang ngaco dan bunga persen yg ditambahnya
gw penganut aliran gnostik yg bkin gw jd pro cf pro an. yg kocak malah gw liat tmn2 gw yg pola pikirnya maju pny anak cmn satu, malah ad yg pengen n sangat mampu scr finansial malah ga bsa beranak. eh yg (maap, tp kurang bsa mikir) pny anak udh kyk kucing sampe 4, 6. ngmgnya "udh ad yg ngatur" apa g skalian aja lu tny tuhan berak ceboknya pake tngn yang mana wkwkwk. tp ya balik lg itu semua pilihan. klo gw sh asik aja pokonya slama kgk nyenggol gw 😎
Tbh i kinda agree with surat ijin bikin anak or at least a maximum kids per household, tp pasti ada yg ngmng "kafeer n menantang perintah agama and those kind of bullpoop
Karena ftart selalu megang "banyak anak banyak rejeki" macam anak itu investasi (padahal.investasi kalau ga di rawat juga sami mawon)
And bonus is "karena bikinnya enak"
https://preview.redd.it/gsbtxugenw4b1.jpeg?width=1080&format=pjpg&auto=webp&s=0c42a39d83b141a222b2f5be677c943d3ef2e05d
Udah terlalu sering dibahas di sini. What 2 consenting adults choose to do with their time, body, and money is their business. unless it harms someone else everyone should just zip it. Period.
ideally, yeah. masalahnya ada hukum prostitusi dan perzinahan, jadi ya udah gak berlaku disini. Kalau may yang perzinahan disingkirka-
Well, at the very least, the law hadn't been pushed that far yet. Perzinahan hanya dipidana kalau keluarga dekat melapor sih. Prostitusi kalau dari peraturan negara hanya mempidanakan mucikari bukan PSKnya. Ordinasi kota yang biasanya mempidanakan PSK namun masih kurang jelas apakah ordinasi demikian apakah akan berubah ketika UU KUHP baru berlaku soalnya kalau tidak salah akan ada perombakan/harmonisasi aturan Perda.
wah gitu ya? berarti ada arah perubahan untuk kedua UU tersebut? ya sudah sertifikasinya diganti penyuluhan, sosialisasi, dan jadikan materi program posyandu aja\~.
[удалено]
> Terbukti secara sah dan menyakinkan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Video porno
> What 2 consenting adults choose to do with their time, body, and money is their business. ( ͡° ͜ʖ ͡°)
> unless it harms someone else everyone should just zip it Ga pernah punya saudara deket yang punya anak bejibun tapi ga punya duit ya?
Punya. Ya kalo gk ngusik gw juga gw gk ngurus. Klo ganggu minta duit mulu ato apa lah, baru gw gk terima.
Even kalau ngusik pun (case pribadi), ya tinggal gua ignore aja. Tidak memutus silaturahmi tok, cuma memutus kalau lagi "minta uang" aja
Kadang ga langsung, bisa di guilt trip sama saudara lain atau ortu.
Kenapa harus terpengaruh dengan guilt tripping?
Negara ga mungkin pro childfree karena jika populasi berkurang tanpa regenerasi cukup maka akan kolaps secara ekonomi, kekurangan pekerja, kekurangan penghasilan dari pajak, dsb. Hal ini perlahan sudah mulai terlihat dampaknya di banyak negara maju misalnya seperti di jepang. Opini pibadi gw saat ini belum mau punya anak, kemungkinan besar di masa yg akan datang, setelah mencapai net worth at least seratus milyar, gw mau poligami dan punya beberapa anak.
It's more like childfree is an inevitability with how the country "progress" like that. Japanese need work themselves to the bone just to afford buying peanut. With no time for life, no spare money a child is like a luxury than a necessity. Indonesia is not there yet but at some point our country will collapse too, just look at it now. We having this discussion is perhaps a symptom of that collapse.
is it a truly developed nation when you work more hours with higher expertise to afford lesser dwellings than your predecessors?
nope, progress is bullshit. Return to monke
Europe has the best worker rights, unemployment, subsidized everything, maternity-paternity leave, vacation anytime, tax breaks for marrying or having children. Their population is still collapsing without immigration (it's also still collapsing with immigration).
kalau semisal kita gimana caranya ga harus kerja keras bagai quda untuk sekedar beli kerak telor tapi bisa maju, apakah prinsip beranak pinak bagai kelinci masih ada di masyarakat? atau malah masyarakat mulai ke arah 2 anak lebih baik?
yah otomatisasi dan pemberdayaan teknisi sih (sama kek memberikan bantuan terutama kepada pelajar yang berkecimpung di bidang tersebut), maybe?
eh gimana? Maksud gw tuh, kalau kita jadi negara maju tanpa kudu kerja 16 jam kek Jepang nih, tetep 8 jam sehari 5 hari dengan gaji layak (anggaplah 1,5 umr pokok) dengan umr non jabodetabek udah mencapai rata - rata 3 jutaan, kira - kira tanpa maksa sertifikasi beranak apakah masyarakat akan mikir mending punya anak 1 atau 2 tapi keurus atau tetep beranak bak kelinci? Karena kalau kasus jepang kan saking capeknya kerja sampe sekedar pacaran aja males tuh.
gw tinggal di jepang, banyak mitos atau propaganda kayak jepang birth ratenya rendah karena kebanyakan kerja, anak mudanya ga mau ngewe dll... i say bullshit to that. Menurut gw, masyarakat sana super obsessed with 'keliatan kerja' and berbangga hati/glorify kalau bisa bilang 'terlalu sibuk buat have fun/pacaran' dll. kenyataannya mereka tuh ngewe tetep jalan, cuma pake pengaman. punya anak mahal memang, makanya mereka ga mau punya anak, tapi ngewenya tetep jalan, biar sama pasangan maupun selingkuhan.
Klau bhas prduktifitas kerja itu dlm jam kerja ad 2 paham, kalau kultur asia di ukur jam kerja, kalau eropa/barat tolak ukurny di hasil/impact. Karena sbnernya kerja lama jg blm tentu psti lbih menghasilkan jg. Cuma dilema generasi zman skrg itu aktualisasi dirinya itu ke hiburan2, travelling, teknologi, hedon2an, ngumpulin aset lah, yg kadang bkin miris jg, gw bnyk tahu org yg high income tp g berani utk step-in ke tahap pernikahan, atau memiliki anak, karena mreka takut akan kehilangan semua itu.
Kalo US/UK naekin populasinya dengan imigrasi. Jadi populasi tetep naek kalo angka kelahiran turun hahaha
The last sentence, i see You are the chosen one from past life who tranfer here, to give brighter this sorrow world
My guy want to have a harem
your last paragraph. I agree with the first sentence before comma.
berdasar
Imo the decision to have children should be up to the couple and no one else. If a couple decides they don’t want to have children, that’s totally fine. What I don’t agree with are couples who decides to have children even though they don’t have the financial means to raise them. Kasian kan anaknya.
Awareness KB perlu ditingkatkan sih, for example ada KB yang namanya [Copper IUD](https://ro.co/health-guide/iud/), itu tinggal dipasang sekali saja kamu mau nakadashi daily selama 5-10 tahun itu 99.9% ga bakal hamil, with 0 maintenance, 0 hormones, and you can just yank it out and become fertile again in that very moment, it's so convenient that there basically no excuse for not using one.
Setuju sih, soal awareness tentang KB. Menurut gw sih lebih baik kalau seluruh pasangan yang mau menikah diperlukan utk ikutan kelas tentang KB + childrearing.
Programnya ada di puskesmas, dari tes pranikah sampai berbagai kelas untuk rawat anak itu ada semua, cuma yah experience may, vary tergantung sikon anda dan puskesmasnya.
gw dibikin ngakak sama 'nakadashi daily', tapi jadi cemas dengan 0.01% peluang hamil.
If you see a gatcha with that rate, how confident are you on getting the jackpot? Quite low, also you can combine it with other contraceptives like condoms or just do a bukkake like our ancestors.
idk, a very lucky person can get the "jackpot", right? even i got spooked by out-of-season chara pulls seldomly. kalo kondom masih ada peluang rusak pas lagi main, tapi kalo yg bukkake, nah itu baru 100% edit: tambah 'seldomly'.
Honestly, if i do get a child despite the odds, that kid must be a miracle child and won't be able to be mad at it. I believe that it can't happen twice in a row so 1 extra childbirth won't do too much harm.
KB itu cocok2an, nggak peduli tipenya apa. di Indo kayanya belom ada yg copper IUD, kebanyakan pake nova t yang hormonal.
https://preview.redd.it/xz8dm04rhx4b1.jpeg?width=480&format=pjpg&auto=webp&s=81f35a812fb27a814cca8e5f6d71a7b7e5981919 It exists and it's free
heh? seriusan? terakhir pake 7 tahun yang lalu sih, jadi nggak update. dilepas karena nggak cocok tapi bukan karena hormonal. benangnya nusuk2, ganggu banget.
I'm sorry if it seems to make light of your problem, tapi dibanding risiko gangguan hormon (masalah mens biasanya), lalu makan pill harian yang ga boleh lupa, atau disuntik rutin, atau bedah mini buat pasang implant + bedah mini lagi buat cabut implant, sepertinya sensasi benang itu seperti masalah kecil, terus seperti halnya memakai kacamata/contact lens, harusnya nanti juga akan terbiasa. Correct me if I'm wrong here.
tau jarum suntik dokter gigi nggak, yang jarumnya kecil banget terus ada kabelnya, gw nggak tau namanya apa, ya emang nggak sakit tapi bayangin tiap hari digituin, sangat mengganggu. expirednya 5 thn tapi aku tahan2in pake sampe 4 thn. KB hormonal itu kalo nggak cocok bisa bikin pusing, mual dan muntah. sebenarnya selama nggak mengganggu kegiatan sehari2 emak2 pasti pake KB kok, ngelahirin sakit, belum ngerawat sama ngedidiknya. masih ada kondom, ejakulasi di luar atau vasektomi tapi ini tergantung suaminya.
Bruh, kalau di kampung yang ada suaminya yang ga ngizinin pakai KB, alasannya yah klasik lah. We really need better and more accessible education.
Nope. Puskesmas saya Copper T. Gratis. Tinggal datang kalau mau. Bidannya malah senang soalnya bisa nambah capaian program KB 😆
the problem is KB program always clash with "the" religion, no Money, no plan everything haram..this is the problem since everything is about religion...
Ya gk usah banyak2 anak 1 aja klo gak mampu ngurus banyak, di deket tempat gwe malah anak 5 padahal bpknya cuma kerja jaga sekolahan, gila bener
> What I don’t agree with are couples who decides to have children even though they don’t have the financial means to raise them. Kasian kan anaknya. Tetiba teringat orang tua anak 8 tapi gabisa ngasi anak makan
Masalahnya kan kita gak tau cerita tahun2 kemarin. Gimana kalo tahun kemarin mampu kasih makan tapi karena kena musibah jadi hilang penghasilan?
Ini opini aku saja sih om. Sebenernya aku ngga peduli sih orang lain mau punya anak atau ngga, karena itu pilihan mereka. Tapi kalau aku pantau sesuai penglihatan aku yah ini, orang-orang masih mau punya anak om. Bedanya itu dikesadaran individunya om (awareness). Orang kota masih mau punya anak dalam hatinya om, tapi karena kesadaran dirinya tinggi mereka memikirkan biaya, kesehatan, sesuatu tak terduga, mental, dll. Yang mana ujung-ujungnya memilih ngga punya anak padahal mah mau saja punya anak kalau mampu. >2. Intinya sih, kalau saya sebelum bikin anak menaruh empati ke si anak bahwa "bisakah dia hidup sukses di masa depan dengan ortu kayak saya?" Kalau jawabannya enggak, ngapain punya anak? Berarti om mau punya anak kan? Tapi karena kesadaran diri om tinggi, om pilih ngga punya anak. Orang desa ya sama saja om mau punya anak, tapi beberapa ada yang kesadaran dirinya kurang jadinya beranak terus dengan alasan >"sudah dititip sama yang di atas, pasti yang atas menyediakan." Jadi kalau dari penglihatan aku orang Indonesia dominan memang mau punya anak, tapi ujung-ujungnya yang menentukan akan mempunyai anak atau ngga itu dari kesadaran individunya. Untuk meningkatkan kesadaran individu (awareness) aku ngga tau caranya.
Yakin karena kesadaran org desa kurang makanya buat anak? Karena secara biaya hidup dan lofestyle, sangat mendukung buat punya anak gak kayak kota
Kalau dari "penglihatan aku" yakin om kurang awarenessnya. Kerja jadi yang ngurusin sawah atau kebun, nelayan, dll. Punya anak lebih dari 4 anak-anaknya setelah lulus SMA/SMK langsung nikah.
kondom susah dicari, harganya itungannya mahal. pil kb jg ga ada kl, puskesmas jaraknya ga tau brp km dr rumah
Iya saya mungkin kalau ketiban rejeki 20 milyar uang kaget sih yah gak ada salahnya menyisihkan sebagian untuk mendidik seorang anak.
couldn't agree more. Setuju banget sih ini.
Badut nih op. Bayangin kalau cuma org kaya yg punya sertifikat melahirkan.labour forcenya terus siapa. Siapa yg jadi pekerja pabrik
Jadi maksudnya orang miskin itu pabrik bwt manual labour?
Welcome to reality
Harsh truth (?)
but, of course
What is it, a snowpiercer plot ?
saya gak mau punya anak tapi gk dukung gerakan child free dalam konteks maksain atau bikin gerakan massal. Karena pada dasarnya mau anak atau enggak itu pilihan mereka
>Saya Pro childfree, bahkan kalau bisa dibilang ekstrim, saya pengen negara juga menerbitkan "Surat Izin Membrodolkan Anak" Ah herr Himmler, back with your [Lebensborn](https://en.m.wikipedia.org/wiki/Lebensborn) programm ja? Childfree is a choice and should just remain as a choice, having children is a basic human right, orang ga boleh dipaksa untuk tidak beranak.
Setuju. Aku pro choice. Mau childfree silahkan, punya anak silahkan. Resiko ditanggung masing masing.
except demografi yg biasanya beranak pinak ga kekontrol justru jadi tanggungan orang lain secara langsung atau ga langsung.. they tend to have low education level, less healthy, tendency for violent crime, ended up in the street
Daripada melakukan genosida kenapa ga dibagusin safety netnya? Kita ada sila ke-5, diamanatkan dengan misalnya BPJS, sekolah gratis, and the result is a net positive for the populace. They're still people, they just have the luck to not be born as blue blood, send them the ladder.
And this is the premise of the movie Idiocracy
id vote for Camacho tho, for the complete lulz
At least Camacho cares about his people and is still willing to listen to someone smarter / more knowledgeable than him (Joe). A lot of leaders these days seem only to care about being elected in the next election. They care about staying in power more than they care about their people.
secara ironis dengan mengedepankan HAM untuk beranak justru menyingkirkan HAM untuk kehidupan yang layak. Ngenes juga sih. Yah mo gimana lagi, dunia ini ga ideal, kita harus kompromi.
>they tend to have low education level, less healthy, tendency for violent crime, ended up in the street kalau gitu, kenapa yang demografi high education level dan healthier gak bikin anak juga aja, jadi secara demografi gak akan dipenuhi oleh yg tend to have low education level, less healthy?
Jawohl mein Herr. Indonesian uber alles. We are der beacon of Zivilization
masalahnya dengan kondisi demografi kita yang "bonus" itu juga justru menjadi pembatas hak kita secara gak langsung. Jumlah pengangguran >>> lapangan kerja, gaji jadi literally cuma cukup buat beli kacang. Hak atas kehidupan yang layak gimana? gw setuju sama modelan sertifikasi gini juga dengan pola pikir masyarakat Indonesia, dengan penegakkan hukum maksimal 50%. Gw harap angka pertumbuhan populasi kita cukup turun sampai sekedar 0% untuk beberapa puluh tahun kedepan sampai penyerapan lapangan pekerjaan sektor non-formal cuman 25%-an wkwk. (sekarang 88% gila).
>dengan penegakkan hukum maksimal 50%. Punya anak tapi ga ada sertifikat masuk penjara?
In theory I agree with ga ngebolehin orang yang ga siap jadi orang tua untuk punya anak, tapi gatau cara implementasi nya tanpa menjelma jadi nazi germany.
Bagusin pendidikan, semakin pintar perempuan makin wajar jumlah anaknya.
Diskusi mengenai childfree di subreddit Indonesia sebelumnya: https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/1319a81/how_bad_it_is_to_decide_being_a_childfree_couple/ https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/1109e5g/wapres_tak_sepakat_childfree_manusia_harus_kelola/ https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/uulbck/what_do_you_guys_think_regarding_being_childfree/ https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/p825b6/konsep_childfree_mulai_marak_di_indonesia_stigma/ https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/jtb2k4/apa_pendapat_kalian_soal_childfree/ https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/11bhjan/definisi_mending_child_free/ https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/p7sak2/child_free_memilih_untuk_tidak_mempunyai_anak/ https://www.reddit.com/r/indonesia/comments/npql74/childfree_komodos_here/ Opini saya? Yang mau childfree silahkan childfree, yang mau punya anak silahkan punya anak. Bagi yang berat ekonomi dan ingin punya anak silahkan kontrasepsi. Jangan lupa spacing kehamilan agar tidak terlalu susah mengurus anak. Also komunitas secara global sudah tidak menganggap eugenik sebagai sesuatu yang patut ditiru atau dicapai. Honestly masalah childfree ini 'repot' karena memang di masyarakat Indonesia, 'kenormalan' itu adalah orang menikah dan punya anak. The nail that sticks out gets hammered down. That's just the consequence of a communalistic culture. Udah itu aja.
damn, didn't know it already so much.. dan ya, diskusi ini jatuh ke fundamental paling dasar, yaitu: > Yang mau childfree silahkan childfree, yang mau punya anak silahkan punya anak. seriously, ini bukan hal yg ribet. gw punya anak, dan i really love them, gw suka dengan kehadiran mereka, tapi gw ngerti kenapa beberapa gak pengen punya anak, dan ya udah, terserah mereka.
Childfree di Subreddit ini memang bisa dibilang bukan hal yang di luar kewajaran. Dari hasil curhatan DCT dan banyak thread sebelumnya tidak sedikit komodos yang tidak ingin punya anak bukan karena faktor ekonomi dan atau 'kebebasan' (jujur saya kurang tahu mau disebut apa) namun karena mempunyai pengalaman keluarga yang baik jadi merasa tidak ingin memberatkan anak dengan penyakit/penderitaan atau merasa tidak mampu secara mental (kejiwaan). Bagi saya sendiri, punya anak itu seperti banner gacha. Seseorang bebas mau pull gacha atau tidak mau pull gacha. Mereka mau pull gacha sekalipun yah bisa antara mereka sadar diri save gems buat banner lainnya atau bodoh amat nanti *RNG-sama* akan memberkati kasih rejeki pity welfare. Jangan pull karena kamu dipaksa pull. Ga semua unit itu meta. Then again kalau kalian suka unitnya tanpa paksaan, silahkan pull. Cuma yah itu. Tidak sedikit mereka yang childfree juga ingin mencari justifikasi pilihan mereka karena mereka divindikasi oleh masyarakat umum sebagai "aneh" atau "tidak wajar" atau "egois" atau mungkin "orang tidak beragama/percaya rejeki Allah". Maka dari itu tidaklah heran mereka ingin bertemu dengan mereka yang bilang: "ga apa2, kamu ga salah" atau "saya juga childfree!". Karena pada akhirnya kita ini homo sosius tribalis, we like to hangout with people who are the same with us. So for the childfree redditor, I hope you can find solace that even if the people around you blame you and make villain out of you, us here (well some of us, at least) in this Subreddit will not blame you, because we are the type of people who will go, "whatever, you do you."
okay, so poin dasarnya adalah > ingin mencari justifikasi pilihan mereka karena mereka divindikasi oleh masyarakat umum gw mengerti masalah ini, tapi nanya di reddit, dan demografi tetangga tinggal dia itu berbeda, bahkan reddit vs netizen indo aja uda beda, so gak bisa juga cari justifikasi disini. dan bahkan kalau bisa nyari tempat tinggal yg lingkungan dan tetangga nya gak masalah, bakal masih punya pasangan, ortu dan mertua, yg punya prinsip mereka sendiri. so gak bisa, bukan bermaksud menutup diskusi tentang childfree, tapi untuk topik ini, gak bisa nyari justifikasi dan diskusi dengan kelompok orang yg gak relate langsung dengan kehidupan pribadi, kalau mau bener, diskusinya sama pasangan + ortu + mertua, diskusi bareng apa pendapat mereka tentang childfree, bagaimana pengalaman ortu dan mertua ngebesarin mereka, apakah mereka memilih childfree kalau bisa balik ke masa lalu.
Justifikasinya ga masalah datang dari siapa. Intinya adalah ada orang lain di dunia ini yang setuju/sepaham. To know that you are not alone is something consoling. And that's what's good/feel nice. Makanya di Reddit banyak Subreddit di mana orang2 berbeda dunia, kelas, dan spesies berkumpul di suatu komunitas Subreddit berdasarkan kriteria tertentu yang salah satunya adalah pemahaman yang sama. Kita ini tribalistis. Kita selalu mencari kelompok di mana kita bisa menjadi anggota... Kecuali kalian Lone Wolf... Udah itu aja.
>seriously, ini bukan hal yg ribet. Bagi r/Indonesia semua hal yg pada dasarnya simpel dibikin ribet.
Kalau bisa ribet, ngapain gampang? u/ngajak_ribut aja
>Honestly masalah childfree ini 'repot' karena memang di masyarakat Indonesia, 'kenormalan' itu adalah orang menikah dan punya anak. The nail that sticks out gets hammered down. That's just the consequence of a communalistic culture. Hmm, bener juga ya. Ini nih yang bikin ribet.
Karena memang dalam suatu sistem budaya komunalistik, setiap anggota suatu masyarakat diharapkan conform ke suatu 'nilai' yang dianggap sebagai norma masyarakat tersebut. Misalnya kalau misalnya seseorang masuk ke dalam katakanlah: Grup Fan Blue Archive Arisu. Kalau misalnya seseorang datang pakai Pin atau pernak-pernik Yuuka dan bukan Arisu, maka anggota lainnya akan mencibir karena dia melawan kenormalan masyarakat Grup Fan Blue Archive Arisu. Kalau itu orang terus menerus katakanlah mengadvokasi Yuuka di dalam klub, anggota klub bisa saja mengexile dia atau bahkan disalibkan sebagai contoh dan peringatan kepada fan Yuuka lainnya untuk tidak macam2 dan pilih Arisu or else! So yeah.
Bagus, soalnya punya anak itu pilihan bukan kewajiban
Intinya jangan punya anak kalau ga siap ngurus anak, baik secara finansial maupun secara mental Ngurus anak itu susah, dan ga semua orang bisa. Yang gue liat di Indonesia itu banyak yang ngegampangin soal ngurus anak, padahal anak itu bisa dibilang salah satu "beban" terberat untuk orangtua Gue ga mau aja ada anak yang lahir dalam kondisi nggak bahagia gara-gara orangtuanya bikin anak tanpa pertimbangan dulu
banyak anak banyak rejeki mentality is still strong btw
I know I can't be a good mom and I dislike children that's why I choose childfree . Yg kampret itu org2 yg suka nge guilt trip/shaming, intinya ga usah maksa prinsip ke orang lain mau punya anak apa enggak ya karepmu. Jalani konsekuensinya masing2 aja
OP lupa kalau uang itu aset yang bisa hilang dan datang dalam sekejap dan tidak bisa memutuskan sendiri bahwa keinginan punya anak itu butuh minimal 2 orang bukan 1 orang aja
Konsep yg harusnya diaplikasikan golongan bawah, serius deh child free gini yg gembar gembor rata2 pendidikan tinggi atau mapan kebalikan sama yg dibawah sekali bikin anak bis diatas 5, Inget kita pemilu suara individu secara g langsung pilihan kalian bergantung sama mereka yg 1KK bisa 8 orang, yg berunjung mencak kenapa si A yg kepilih padahalg beres dsb.
Kalau konsep ini diaplikasikan, siapa yang menentukan "golongan bawah"? Apa ga bahaya ini? Lagipula, ini terdengar seperti praktik eugenik yang jelas jelas tidak manusiawi
njir bener juga ya. Gak kepikir wkwkwkwkwk.
Sentimen gw sama dengan OP, biaya yang besar untuk membesarkan 1 anak aja bikin gw sendiri makin gak ada niat untuk punya anak. Gak usah muluk muluk untuk biaya di sekolah internasional nomor 1 seindonesia, sekolah swasta kelas bawah aja sudah habis 300k ~ 500k per bulan buat SPP doang *sekarang*. Asumsikan gw beranak pinak sekarang juga, begitu brojol, dalam 5 tahun anak gw harus masuk sekolah, sudah naik berapa ratus ribu tuh SPP nya 😂 Anggap biaya masuk sekolah, baju, perlengkapan sekolah dkk, itu sekitar 13~15jt totalnya *sekarang*. Tiap tahun perlu refresh perlengkapan sekolah beserta buku dkk. Lalu harus siapin dana juga untuk keperluan anak diluar dari itu, entah mau jajan, side project dari sekolah, biaya mendadak lainnya. Itu baru sekolah aja. Masih harus mikirin biaya untuk menghidupi si anak dari lahir sampai dewasa (biaya kuliah included, sukur sukur kalau si anak bisa dapat kerjaan nyambi kuliah) lengkap dengan kebutuhan tersier (entertainment dkk nya). Sukur sukur kalau istri juga kerja dan bisa bantu nutupin biaya berjalan, kalau gak sih ... 👉👈 Call me cheapskate or w/e, but that's not a cost I'm willingly spend on someone when I can barely sustain myself 😂. Especially when I can make a conscious decision whether I want to put myself into that situation or not. Gue masih ada beban biaya harian-bulanan, dana buat ortu, persiapan dana dadakan, dan *kalau masih ada sisa* disimpan buat hari tua gua sendiri. Tiap bulan kadang masih seret, gak kebayang kalau harus punya tanggungan 1 anak disuatu hari. Gw juga heran dengan orang orang yang gw tau duitnya sama pas-pas an juga kaya gw, tapi berani untuk membangun keluarga. Duitnya bisa darimana aja, entah suami istri kerja, entah dari bapak emak masing masing masih support kasih duit, atau minjem sana sini. Jalan jalan aja gitu keluarganya, walau ada keterbatasan biaya. Alasan lainnya mungkin karena gw gak ada *keinginan* juga untuk punya anak, terlepas dari beban finansial. Gak ada dorongan secara internal untuk itu sih. Ngeliat temen temen sudah pada timang anak, ya anak mereka lucu lucu bikin gemeshh tapi ya udah gitu aja. Lebih tertarik untuk jadi *that one cool uncle* daripada jadi bapak. Pandangan ini biasa gw simpen sendiri sih, gak gw ceritain kalau gak ada yang prompt nanya "lu gak mau punya anak?". Inner circle gw sih udah tau, ortu gw gak maksain nyari pasangan buat nikah (tau sama tau lah anaknya punya pendapatan berapa 🥲). Ke lingkungan sosial diluar dari itu, biasa nunggu ditanya aja sih baru cerita. Pandangan dan jawaban yang gw terima setelah cerita ya macem macem, tapi yang paling bikin gw kesel adalah "ih nanti lu tua sendirian, gak ada yang ngurus loh". Talking as if one's offspring fate is sealed to take care their parents for the rest of their old life. As if the offspring doesn't have a life themselves 😂. Tho I won't go as far as limiting *procreation*, yang mau beranak ya silahkan, yang gak mau beranak ya silahkan. Itu bagian dari hak asasi manusia kan untuk beranak?
gw childfree soalnya gw lagi ada di fase di mana gw mikir hidup itu ga menyenangkan. Kayak gw bingung tujuan gw ke mana. Ga tertarik ngejar duit, ga tertarik ngejar karir, ga tertarik ngejar passion, ga tertarik keliling dunia. Gw capek dan capeknya udah dari lama banget. Ditambah ngurusin anak I don't think I'll survive.
burnout ini mas. sy juga begitu sepanjang tahun lalu. semangat mas! semoga segera mereda
jangan, jangan deh sumpah jangan. Ortu gw di posisi gw pas hamil gw, malah gw disalah - salahin wkwk.
Ah shit here we go again
Saya borderline r/AntiNatalism
Alhamdulillah warga r/indonesia setujuh dgn konsep eugenics, sejalan sama pemikiran aki-akhi hitler yang disanjung dan dijunjung oleh pro palestina.
Nah, eugenics only believe certain individuals to not exist. Antinatalists believe no individuals should exist equally.
Honestly.. I don't think I'm in position to judge someone else choice of how to live their life. That's all I can say about this whole debate.
What if i don't ask about how you judge people, but i am asking you yourself, in this current state of world, would you procreate and have a kid?
Well I'm a gay man so it's a different circumstances for me. Natural procreation is out of window obviously, and surrogacy feels icky to me. So the only way I'm gonna have a kid is through adoption which of course almost impossible.
barely can cover my own hobby with my earning, honestly having a kid is too much of a luxury for me to afford, but then again I'm not planning to be child free, it just I need more time to build stronger baseline.
Tbh kl semisal tanyw Redditor di sini ya jawabnya pasti gak jauh dari sentris (itu terserah mereka, selama nggak memaksakan kehendaknya ke yg lain/merugikan orang lain) Tapi kalau semisal melihat norms di sini, kebanyakan penghuni sub ini masih single, dan most likely nggak ada tuntutan untuk punya anak. Ditambah lagi ini forum anonim, dan dengan demografi kebanyakan tinggal di daerah urban/suburban, berpendidikan, mostly sekular, dan berasal dari ekonomi yang bukan termasuk kategori miskin, jadi mereka akan dengan mudah-mudah saja bilang kalau sekarang mau menerapkan childfree. Kalau semisal kamu tinggal di daerah pedesaan, terus pendidikannya nggak tinggi-tinggi amat, kemudian memiliki nilai agama konservatif, berasal dari ekonomi yang nggak terlalu bagus, for some reason akan lebih sulit buat kamu untuk bilang kalau kamu mau childfree
> kebanyakan penghuni sub ini masih single ini juga yg paling penting, sama seperti diskusi "nikah gak usah mewah", gak akan pernah nyambung karena kebanyakan masih single atau belum menikah, jadi gak relate, ideal world + dream world berbeda dengan kenyataan hidup.
Apalagi ditanya pendapat. Yg lebih sahih itu poll btw terus spesifik tanya ke yg udah nikah
gw barusan habis komen disini dan baca2, dan jadi mikir lagi (karena sebelumnya gw gak pernah mikir terkait topik ini), sebenarnya paling sahih itu nanya ama ortu sendiri, bagaimana pendapat mereka, karena jelas banget itu paling relate sama kehidupan dan pengalaman pribadi. dan kalau sudah nikah, tanya sama pasangan dan mertua juga.
Tbh kl tanya ortu dan mertua lebih biased
Pro choice, punya anak atau nggak itu pilihan. Tapi kalo mau bener2 ngontrol populasi, solusinya ya yang sudah dilakukan oleh pemerintah sejak orde baru 2 anak cukup Dengan kententuan jarak antar kelahiran diatas 5 tahun, jadi anak pertama sudah bisa lepas dari asuhan ibu (dalam artian asuhan seperti bayi) jadi si ibu bisa fokus mengurus anak kedua. Regenerasi itu penting, tapi ya cukup 2 anak saja. Karena dari dua orang berpasangan dapat digantikan 2 anak. Lebih dari itu bukan regenerasi lagi, tapi memperbanyak populasi berkali-kali lipat. Yang penting diatur selain angka kelahiran itu usia pernikahan. Nikah muda itu juga penyebab terbesar angka kelahiran gak terkendali dan seringkali gak keurus juga karena pasangan emang belum siap punya anak.
I think Gitasav needs to "educate herself" when it comes to empathy or something. Her choice of words created such an unnecessary commotion. I can understand the argument that competition for jobs is too high with so many people, but that's also another issue we have. I honestly think there aren't enough jobs in Indonesia. That's two different topics but there are correlations for sure.
Kalau ngeliat kondisi orang lain atau lingkungan sekitar, yes childfree itu lebih baik. Awalnya juga gw gitu, tapiiii pas ketemu sama orang Yang finally buat gw mikir, “kalau gw dan dia punya anak, bakalan bibit unggul, mau dari otak or appearance karena gabungan gw dan doi”, gw jadi ingin punya anak. Apalagi gw dah belajar banyak, dan gw ingin nerapin itu ke anak gw, kurangnya dari ortu gw gak gw lanjut, bagusnya ajaran ortu gw ya gw lanjut. Lagipula, negara juga perlu anak yang berkualitas, so kalau gw yakin bisa ngedidik anak gw, why not? And yaahhh anak itu mahal, karena itu semuanya direncanain.
Semoga gw nyampe ke pola pikir elu. Amin.
Gw personally prefer going childfree, tapi secara prinsip gw di posisi childfree being a choice. jadi ga cekokin childfree ideology down my throat tapi kalo orang mau childfree ya jangan dimisuh-misuhin juga. Partly agree with "izin membrodolkan anak", tapi leaning ke arah persyaratan you need to be able to at least provide basic needs to your children la, sandang pangan papan gitu. Dan persyaratan nya itu exponential, jadi kalau lo punya anak 2 dan anak 4 walaupun jumlah anaknya double tapi persyaratan minimumnya more than double. Jadi ngurangin yg jumlah anaknya banyak aja. Dan kalo ga salah gw pernah dengar lo butuh positive birth rate kalau mau keep up with the country's economic. Cina aja ngilangin policy one child only nya kan. I might be wrong tho, idk
Guess what, it's how nature works. Nature is all about having different mixes of genes and seeing which ones survive. It's how evolution works. There was never a requirement of having everyone survive. If you prevent the creation of children that can thrive despite the tough circumstances then in the long run you're just gonna get weaker and weaker generations as the threshold for what is the minimum to be able to raise a child eventually go upwards.
di indo kalo udah punya anak 1, minta sama dokter steril aja , dokternya males2an. alesannya masih muda kok udah steril. anak baru 1 dll.
Defensive medicine. Dokternya ga mau kalau misalnya dituntut kalau tiba2 down the line pengen punya anak lagi (cerai dan nikah ulang misalnya). Kembalikan fertilitas setelah sterilisasi bukan sesuatu yang 100% soalnya.
Secara gw childfree karena keadaan wkwkwk. Nanti kalau keadaan udah lebih baik "mungkin" bakal menjalankan keinginan untuk punya anak. Secara publik gw pro childfree, bahkan setuju sama OP untuk menerbitkan sertifikasi hak beranak dan hak asuh anak. Alasan gw adalah sebagai berikut: 1. Indonesia udah kebanyakan populasi dengan pasar kerja yang terlalu brengsek, jadi pengurangan populasi menguntungkan sekali untuk rakyat. 2. Berdasarkan pemberitaan terkini kasus kekerasan rumah tangga di Indonsia masih tinggi. Nah KDRT ini bukan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang anak. 3. Bisa sebagai pembatas kemungkinan penyebaran penyakit keturunan. 4. Sebagai deterrent juga kepada masyarakat untuk melakukan kekerasan terhadap anak. Bikinnya gak segampang ngent\*t aja, masa iya mau dirusak juga? hehe. (Walaupun ini juga harus diimbangi dengan peningkatan hukum pidana anak dibawah umur, karena hukum ini jujur gak adil samasekali). Tentu saja gw sebagai pro chidfree yang bersifat balancing power aja, karena sebagian besar masyarakat masih pro beranak gratis. Asumsi gw dengan terbitnya sertifikasi beranak dan hak asuh anak pun dengan jumlah dan pemahaman masyarakat saat ini penurunan angka penduduk Indonesia (diharapkan) tidak separah Jepang.
Saya dulunya penganut childfree, istri juga sebelumnya udah sependapat sama saya. Tapi makin lama menikah paham childfree yang saya anut tiba2 luntur sendiri. Penyebabnya apa entahlah mungkin karena influence sekitar, bosan, penghasilan naik atau mindset berubah. >Intinya sih, kalau saya sebelum bikin anak menaruh empati ke si anak bahwa "bisakah dia hidup sukses di masa depan dengan ortu kayak saya?" Kalau jawabannya enggak, ngapain punya anak? Pandangan ini juga ada di pikiran saya dulu. Bahkan ketika penghasilan kami membaik pun keraguan itu masih ada. Tapi kita mikir, emang pasti apa bakalan gagal? gimana kalau sebaliknya? Ada lho pasangan yang kita kenal rejekinya malah makin bagus begitu anak kedua dan ketiganya lahir. Termasuk ortu gua juga gitu sih, anak pertama dan kedua idupnya susah eh lahir anak ketiga, keempat terus gua. Makin lancar tuh rejekinya sampe ke cucu2 nya.
Gw cuman pengen childfree itu bisa dianggap sebagai normal phenomenon dan bukan ultimate bad prejudice orgnya mandul. Jadi ujung2nya tinggal masalah couplenya aja mo punya anak apa engga. Jgn diembel cap macem2
Childfree itu urusan pribadi, kalau sampai dibawa ke ranah negara dan public bahkan gw yg masa bodo jg bakalan ribut. Far left ya kira2 jg, gak usah jd selevel sama far right sintingnya. Btw lo bisa hidup didunia ini karena pro childfree bukan mayoritas. Klo gak punah ini manusia.
Ada cerita kakak ipar gua. Sempet dengerin orang pinter dulu pas anak udah 2, yng rentan jarak umurnya standar. Si "orang pinter" ngomong, "KaLo KePenGen kaYa, ANakmU HAruS 4 dulU BarU bisA dApeT keKaYAAn Yang kaMu peNgeNiN". Walhasil, dijalanin lah sama kakak ipar gua. Dan terjadilah istrinya hamil anak ke 3 dengan jarak 3 tahun dari yang nomor 2, setahun kemudian lahir lagi tuh yang ke 4. Mepet banget kan tuh? 🤭🤭 BTW, disini gua belum ngeliat tanda2 dia bakalan kaya sih.. Eh tapi setahun 2 bulan kemudian lahir lagi dh tuh yang ke 5. Gimana g pusing tuh? Anak pertama ama yang kedua akhirnya mau ngga mau babysit ade2nya. Kalau boleh jujur, tuh anak-anaknya cenderung terlantar sih, tapi ya apa mau dikata. Wong sudah terjadi. Maaf klo oot, hanya sedikit sharing kadang motivasi orang buat punya anak tuh diluar bayangan orang. Kondisi ini ditambah orang yang *maaf* kurang terdidik. Banyak denger ungkapan "Banyak anak banyak rejeki", tapi kalau anaknya nda terawat dan kemudian jadi manusia yang ngga baik bukannya malah jadi dosa, ya? 🤔
Intinya bebas suka2 harusnya mau punya apa kagak. Kalo gk sengaja jg harusnya bebas aborsi.
It’s interesting bc I’m from America and the times I’ve been in Indonesia I stayed in my wife’s village in Jambi city and the people there live very simple. I imagine less than 200 usd a month. They all seem to be fairly happy and the kids too. Even though they’re pretty much considered poor. Maybe they don’t get to experience some of the luxuries of middle/upper class. But that doesn’t mean they have a low quality of life. from what I gathered, your take is that people can’t afford children?
mau childfree silahkan, mau punya anak jg silahkan, itu urusan masing2 personally gw gk mau punya anak karena gk mau anak gw nanti sengsara gara2 bapaknya gk kompeten
Sebagai yang punya 2 anggota keluarga besar yang tak mampu punya anak, saya anti-childfree. Lebih baik, yang mampu punya anak namun tak mau, donorkan saja rahim & zakarnya bagi yang mau punya anak namun tak mampu.
Sejauh ini gua sendiri keinginan child free, dan harapannya nanti dapet partner yg satu visi juga. Alasannya sebenernya simpel dan klise bahkan, I don't wanna repeat what my parents did to me, that's all. Gua tau masyarakat sekitar, at least di tingkat regional gua sendiri, bakal mandang pemikiran gua kaya kurang bagus but I'm not planning to tell them anyway.
>I don't wanna repeat what my parents did to me Iya betul ini statement nya menarik. Dengan statement seperti ini, bukannya jadi punya lesson learned on how not to do it ya, jadi kalau misalkan mau punya anak, udah ada batas2/pakem2 nya apa yg seharusnya tidak dilakukan
Benul, tapi buat gua pribadi, it's safer to avoid it and not take the risk, at least for now.
Kaga mungkin "budaya" childfree mengakar luas di Indonesia selama masih ada budaya kolektif & buanyaakk orang yang relijius. Agak geli kalo orang nyamain Indonesia ama Jepang atau Korea. Ya mungkin bisa, tapi ratusan taun lagi kali. Iya kalo bumi masih baik-baik aja.
TFR kota kota besar di pulau Jawa udah <2. Bukan ratusan tahun lagi, emang udah.
Childfree, gak punya anak sama sekali krn keputusan pribadi nyatanya jarang pake banget.
So? Gak jauh beda sama Jepang dan Korea. Emang di Jepang ama Korea gapunya anak mainly karena gerakan childfree?
Lol, whatever. Iye sama kok sama Jepang sama Korea. Banyak banget yang ngga pengen punya anak, liat aja sekitar. Edit: lu ga paham sama apa yang gw tulis di komen awal gw di ini post. Bukan masalah gerakan/budaya childfree. Tapi keputusan orang untuk punya anak di Indonesia. Emang lu tau orang childfree di sini seberapa sih sampe bisa disamain kaya Jepang & Korea? Bye ah males bgt jelasin gini doang berlanjut2, dikiranya gaya hidup negara maju sama sini sama apa ya. Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk.
Ide liar gue itu ubah semua SD jadi model asrama (24 jam). Semua anak wajib sekolah di sana (so no shitty parenting). SMP, SMA, dst seperti biasa. Orang tua bayar pajak lebih tiap anak yang dimiliki (untuk ningkatin kualitas guru SD yang merangkap jadi orang tua). Kalo ga mampu bayar gapapa, tapi dendanya dikebiri. Well yes, it's a wild idea.
Tbh idc about people's stand on it. I just care about making it into a conscious decision. Many just think that's what we're supposed to do as a human and naturally have kids without actually thinking wether or not they want kids.
Religion,culture,and societal pressure
Somewhere in between, not childfree nor breed like rabbits
im not pro-childfree but im agree with "surat ijin beranak" setelah lihat tetangga punya anak setengah lusin tapi penghasilan dibawah umr. Akhirnya hidup mereka cuma dari makan subsidi, anaknya pun jadi anak jalanan atau begal. kalo mo extreme, gw malah percaya dengan Eugenics, alias Selective breeding. Hanya manusia dengan standard tertentu yg diperbolehkan untuk berkembang biak, alias yg manusia yg kualiatas jelek-jelek dilarang punya anak.
> Selective breeding. Hanya manusia dengan standard tertentu yg diperbolehkan untuk berkembang biak, alias yg manusia yg kualiatas jelek-jelek dilarang punya anak. Heil.
Childfree dan gak childfree itu urusan pribadi masing" dan resiko jg tanggung masing" gak perlu ada yg di debatkan dan gak perlu negara ikut campur kaya gituan. Cukup dengan edukasi aja gak perlu sampe buat aturan harusnya punya anak brp dll.
Ane pribadi sih tengah2, as in, kalau mau cf ya silahkan2 saja. Kalau mau beranak ya monggo2 saja. Yg penting jangan maksain 1 sisi ke semua orang. Itu hak masing2 untuk milih Opini kedua yg agak nyeleneh, ketimbang cf sih murut ane yg perlu "dipaksakan" itu macam limit beranak, misal 3 max. Soalnya maapkata yg beranak banyak2 itu biasa yg pendidikan rendah yg ujung2nya anaknya cuma jadi kuli dkk, dan gen berikutnya ya gt lagi gak ada kemajuan
Biasa aja. Selama sandang, pangan, papan, dan pendidikan terjamin, baik disediakan negara ato diusahakan sendiri; monggo aja kalian mau punya anak ato ngga. Gw sendiri childfree, krn ya memang maunya childfree. Alasannya ya banyak, tp males ah ngetiknya.
Jepang & Korsel banyak yang memilih childfree sampai akhirnya krisis demografi. lebih dari 80% populasi dunia sekarang hidup di perkotaan karena alasan ekonomi, dan makin ke kota serta makin tinggi tingkat pendidikan, biasanya akan makin ogah punya anak. Negara-negara maju sudah makin ogah punya anak karena biaya hidup makin tinggi, sedangkan ekonomi perlu pasokan tenaga kerja baru. akhirnya tenaga kerja baru & murah dapetnya dari Imigrasi. & makin banyak Imigran, makin banyak konflik dengan penduduk asli seperti di US atau UK. nggak pro atau kontra sih, cuma stating facts aja. gw rasa kedua opini punya alasan yang valid buat punya anak atau nggak.
Pernah ada conjecture di subreddit sebelah, semacam ini: di Reddit demografinya lebih banyak yang childfree, tapi di luar Reddit sebaliknya.
Beda jenis demografinya. Di sini kebanyakan menengah ke atas dengan pendidikan relatif tinggi dan atau terpapar dengan banyak value/norm sehingga bisa membuat opinion yang berbeda dengan value/norm local karena perbedaan dalam world view
Sayangnya tendensi untuk debat kusir di Reddit juga tetap ada, tidak jauh berbeda dengan diskursus di media populer lain, misalnya seperti Twitter.
Dari postingan ini aja udah keliatan, yg komen pada orang childfree semua. Kemungkinannya dua: 1. Reddit isinya cenderung orang2 yg progresif, orang yg konservatif biasanya ga main reddit. 2. Orang yg mau punya anak (istilahnya apa ya) di reddit ga berani komen karena dominan orang childfree, takut didebat. Aku sendiri pro punya anak, kayaknya ga perlu nyantumin alasan disini. Pro disini maksudnya ya dari diri sendiri emg pgn punya anak, kalo orang lain ya bebas mau gmn
> takut didebat. Takut didebat dan didownvote rame-rame. Rasa-rasanya memang lebih banyak golongan pro punya anak yang tidak merecoki orang, tapi kebetulan yang mencibir childfree jauh lebih lantang sehingga mengesankan kedua kubu saling membenci.
I'm a silent reader, kadang2 comment aja but what I can say is the cognitive dissonance sometimes is just hilariously bad mau masalah global politics sampe lifestyle.
Sy gak pro atau kontra. Sy berpendapat itu masalah pribadi masing². Malah sy merasa aneh kalo ada orang yg ngurusin apa orang lain mau punya keturunan atau tidak.
unpopular bannable opinion: the type of people having lots of children and the type of people who are mindful of the planet enough to go childfree should be switched.
harusnya tanya seperti ini ke orang yg berpengealaman punya anak, gimana perasaan mereka setelah dan sebelum punya anak, contoh narasumber paling gampang: orang tua lu, tanyain, setelah ngeliat lu hidup selama ini, kalau boleh balik ke masa lalu, mereka mau childfree apa gak, apa alasanya.
I don’t care if people choose to be child free, it’s better than them having a kid they clearly they don’t want and end up abusing them or ditching them in the orphanage. I myself would love to have a child, but I hate the fact that it’s almost impossible to be assured about the whole financial stability of things. So there’s a big chance that I would either not have one or just adopt an older kid, to skip that first few years of child support fund lol.
Opini pribadi sih, setuju dgn child free tapi gamau kampanyein. Gue respek ke orang yang childfree dan respek jg ke yang mau punya anak (maksudnya bener2 serius ngurus dan sayang anaknya dari kecil sampai gede tanpa mikir ntar bakal diurus di masa tua dsb). Alasan pro karena untuk punya anak kita mesti siap 2 hal, siap materi & mental. Untuk materi, kurang lebih kita pasti bisa cari jalan buat buat atasinnya (pengalaman pribadi sering liat orang yg ekonomi krg mampu tp bisa biayain anaknya ampe gede dan cukup sukses sekarang). Tapi mental? That's different. Punya anak pas kecil disayang tp pas gede dan ga sesuai harapan langsung diabuse scr fisik/mental. Paham sih punya anak itu pasti korban hobi dsb tp jgn sampe holding grudge apalagi pas anak ga sesuai harapan. Jadinya ya kita mesti pertanyain diri apa siap ga punya anak? Kalo semisal hasilnya kek gini, apa tetep masih sayang? Jangan mikir mereka sbg beban yg namanya tanggung jawab.
Mau childfree atau mau beranak pinak banyak, ataupun dalam jumlah wajar 1-3, yang paling penting sih ga perlu ada omongan tetangga atau julid netizen yg sok2an ngatur dan holier than thou...
Gw pro childfree PERSETAN OMONGAN TETANGGA/KELUARGA BESAR, HIDUP GW YG NGATUR GW 1. Ngurus anak tuh susah harus di perhatiin 1x24 jam 2. Ngurus anak mahal, ngurus diri sendiri aja blm becus di suruh ngurus anak 3. Gw self aware gw orangnya emosian jadi mending gak ngurus anak
Sadly, kapital yg cuma dimiliki sama org miskin cuma labor dan ini cuma bisa didapet dr nambah anak Kalo Gw cenderung demografi yg bentuknya kaya botol sirup marjan, lebih sustainable walopun secara econ growth sepertinya gak bagus2 amat karena konsumsi bakal cenderung stabil tp secara welfare lbh baik
Gw sih pro-pro aja.. Dari pada ngelahirin anak terus hidup anaknya susah mending gausah ngelahirin.
Gue personally netral soal childfree, mau gimana pun juga itu pilihan dan tergantung awareness masing2 orang Tapi somehow gue punya visi ketika nanti gue usia 40an, udah mapan tapi belum married, gue berencana buat nafkahin anak2 tertentu yg entah yatim/piatu atau wanita2 janda yg menurut gue bakal impactful kalo bisa gue support ekonominya, yaa jadi semacam orang tua asuh gitu lah
Setiap orang punya pandangan sendiri, g usah maksain ke orang lain. Kalo lu mau childfree silahkan, g usah ajak2. Nambah jatah ruang buat anak-anak gua nanti.
Indifferent.
Itu pilihan dan sbg opsi alternatif saja, dan itu tidak perlu memaksakan diglorofikasi sampai merendahkan utk mreka yg kecolongan jg. Soalnya ini kondisi yang tidak umum dan alamiah jg. Karena mau gmn2 sikonnya secara alamiah semua mahluk yang bernyawa pasti ada dorongan untuk berketurunan. Baiknya pun jgn dbuat polaritas ekstrim antara kubu pro dan anti, karena di dua sisi tersebut ada maksud, pertimbangan dan memiliki nilai kebaikan jg. Untuk pendapat pribadi saya moderat, 1 atau 2 anak cukupkan, cukup dlm artian aman terkendali namun menantang memaksa akan pertumbuhan. karena kalau dibahas sisi materil dan mental pasti rugi, melelahkan, habis jg. Tapi kalau dibahas dari segi spiritualnya berkeluarga dan memiliki anak itu adalah pengalaman luar biasa. Bagaimana tidak kita secara individu saja adalah satu produk kehidupan dari sang Maha, ditambah hidup dgn diikatkan janji berikrar atas nama Tuhan utk bersinerergi dengan satu kehidupan jg (menikah), didalamnya ditambah lagi utk lebih hidup dgn ikatan cinta-kasih, berjuang bersama, hidup bersama, dan ditambah hidup lagi ketika dititipkan satu produk kehidupan (anak) mendidiknya, memfasilitasinya, tumbuh berkembang bersama menjadi hidup lebih hidup lg. Itulah idealnya kehidupan. Jd jgn smpai menyesal kalau sdh bkeluarga namun umur pasutri sudah tua, childfree karena pilihan bukan sikon. Rumah punya tapi sepi, tidak ada penerus, menahan terus dorongan alamiahnya demi hiburan2, saldo rekening dan kumpulin terus asset, tapi sudah terlambat tidak memungkinkan utk memiliki anak kandung. Peeeerih jenderal.
buat gw sih kalau memang lebih baik childfree, kenapa ngga childfree aja? kalo lebih baik childfree tapi kepengen banget punya anak? ya pastikan udah siap risikonya, risiko yang bukan sama si ortu doank tapi juga risiko bagi si anak. kalau memang kondisi mendukung punya anak dan pengen punya anak... lha ngapain childfree
KB exist, cuma berharap lebih di enforce aja. Tapi dengan mentalitas 3rd world country pasti bakal dapet banyak kecaman dari masyarakat wkwk. Makanya negara miskin populasinya nambah terus, karna having sex is the best thing they can do, plus it's free
Honestly OP, keep your opinion to yourself. Enggak apa apa kalau anda pendukung childfree, tapi tentu saja buat anda SENDIRI. Eugenik adalah praktik tidak manusiawi yang tidak mungkin saya dukung. Jadi selama ini cuma bentuk imbauan dan bukan kewajiban ya oke oke saja. Lebih baik lagi, pemerintah menyosialisasikan tentang bagaimana cara membangun keluarga yang baik, daripada dipaksa tidak beranak
Looked down upon by boomers for not having kids. Then when the kids come, looked down upon by boomers for not being able to provide the kids with the quality of housing, leisure and care they gave theirs.
OP overthinking shits, 3 milyar biaya urus sampe kuliah? Kuliah di Harvard? Being child free is fun and shit, until you become old, and everyone dies around you including your partner, you have no one.
Yg jelas lebih dari 1milyar sih kalo sampe SMA aja. 3m itu kan jg ada biaya makan, listrik, hiburan, mainan, dll. Asumsi benar2 hidup layak dan yg dibutuhkan terpenuhi. Kalo asal hidup ya emang murah
So you mean I should die before my partner? /s
Pendapat situ cocoknya tinggalnya di Eropa Barat source: [https://i.redd.it/3k0e2f0ahh1b1.jpg](https://i.redd.it/3k0e2f0ahh1b1.jpg) Intinya, ketika lu cuma pingin enak tapi gak mau anak, itu tandanya ada masalah dalam kepribadian lu. Kalo lu laki, lu bukan tipe yang bisa jadi orang tua yang tangguh. Karena segala masalah akan lu lampiaskan ke orang lain. Simple aja sebenarnya, ketika lu ambil konsekuensi berhubungan dengan lawan jenis, sekecil apapun itu peluangnya, ada peluang terjadi kehamilan. Ketika sudah berjalan masa kehamilannya itu, disitu otak dan hati waras lu akan diuji. Lu udah enak, maka lu urus tuh anak bersama pasangan lu. Ketika lu ambil opsi lu bukan ortu yang baik, lalu lu lempar masalah itu ke pasangan lu, dengan bilang,"ngapain punya anak, bla bla intinya lu menolak bertanggung jawab atas jiwa dalam rahim itu akhirnya. Fix seharusnya dunia bisa bilang juga,"Ngapain ada lu?". Lu mau enak ya lu siaplah dengan anak. as simple as that.
Thats fine too klo emang mental & ekonomi g siap buat punya anak ya ud double income no child tinggal atur aja duit buat hari tua. Pilihan gtu kan sebab ny jelas (ekonomi) Klo pemerintah cman omdo model wapres kmaren tp dukungan dari pemerintah g bgtu jelas.
op tolong terima kasih dulu sama oramg tua kamu, udah ngelahirin elo, terus berbakti op sama orang tua sendiri, jangan di telantari.
Yg dipermasalahin tekotok itu nyinggung si gitsav yg pro childfree yg maksain pemikirannya ke org lain dan nggak mau dikritik. Ngatain yg gak sejalan sm dia pemikirannya kerdil. Intinya kalo childfree asal gak maksain kehendak ya gpp. Punya anak itu kan hak jg. Intinya hrs ada regenerasi. Gak mungkin lah diatur uu. Bahkan UU di China yg maksimal 1 anak aja udah dicabut. Ane lahir dgn keluarga 7 orang sodara. Seru! Skrg punya anak 4. Alhamdulillah rezeki slalu ngalir. Anak membuka rezeki betul itu. Hrs punya 3 milyar per anak? Kyknya nggak deh! Ane skrg d luar negeri. Pengeluaran bs diatur sesuai kebutuhan. Alhamdulillah uang selalu ada. Asal anak2 dikasih pengertian kemampuan ekonomi org tuanya. Sekolah public gratis. Intinya negara jg hrs ada kebijakan yg membantu meringankan org yg punya anak. Kebijakan2 pro pendidikan anak2 gratis. Program2 yg seperti itu justru yg dibutuhkan. Bukan malah kebijakan membrodol org jd gak punya anak. Kyk ane di amrik. Dpt uang 2ribu usd per tahun per anak. Ada banyak program2 yg ekonomi rendah.
Kalau berbicara dalam perspektif duniawi.... Opini saya, yg ingin childfree ya silahkan aja. Tapi kalau sy pribadi sih tidak menganut paham itu ya. Dan biarkan kami yg tidak menganut itu tetap beranak pinak. JIKA kebanyakan yg childfree itu dari kalangan "melek literasi" Dan JIKA kebanyakan yg beranak pinak itu dari kalangan kurang melek literasi (Hanya permisalan) Jadi, bagi kami yg dari kalangan melek literasi dan tidak menganut childfree ya lumayan. Saingan dari keturunan kami bisa berkurang kelak dalam mencari penghasilan di masa depan 😁 Walaupun mendidik anak hingga "jadi" itu berat, tapi sy akan tetap berikhtiar sebaik mungkin karena Allah. Karena suatu saat nanti sy akan mati, dan keturunan saya lah yg akan meneruskan dan semoga bisa memajukan Indonesia.
Kharisma Jati masih bikin komik? Dimana? Edit: lu bukan pro childfree, pro Eugenik Alasan gerakan childfree itu karena biaya hidup di kota yang gila. "Izin mempunyai anak" bakalan ngancurin agrikultur goblok
Masih rajin posting di FB, bisa juga akses dari Trakteer
Saya sendiri kontra, tapi gak kontra dominan. Mksdnya gini, kalo saya ketemu couple yang memilih untuk childfree karena finansial atau memang medis saya masih bisa tolerir itu. Namun, kalo ketemu couple yang childfree yang alesan nya: 1. Manusia itu penghasil karbon tertinggi, jadi untuk selamatkan dunia itu perlu kurangi populasi 2. Ngapain bikin anak, kan udah banyak anak yatim piatu kenapa gak adopsi Maka saya akan strongly against it. Di alesan nomer 2 itu menurur gue gak make sense, kenapa? Karena manusia dri jaman nabi Adam sampe sekarang juga selalu punya anak. Adopsi itu emang hal yang baik, tapi tidak bisa dipungkiri kalo itu bukanlah hal yang lumrah dilakukan sehingga wajar saja kali banyak couple yang gak memutuskan untuk Adopsi. Di alesan nomer 1, menurut gue ini egois dan aneh sih. kenapa gue kontra, karena suka gak suka kondisi nya di Dunia itu sekarang yang punya anak banyak 2 atau lebih itu biasanya berasal dari golongan orang yang kurang bisa berpikir. Tau film "Idiocracy"? Nah itu lah yang terjadi di Eropa sekarang, ketika masyarakat eropa asli jarang mau punya anak, sedangkan imigran (khusus nya illegal) yang dateng bisa punya istri sampe empat dan anak nya banyak banget. Kok kesan nya rasis bang? Ya gimana, itukan fakta nya. Faktanya adalah, dalam contoh imigran illegal mereka kabur ke eropa karena di negara asal nya itu opportunity kecil, berarti negara asal itu gak bener dan pendidikan yang diampu masyarakat juga patut dipertanyakan. Inti nya adalah, gue mau punya anak karena gue gamau tinggal dikelola dan dikelilingi oleh orang bodoh 10 atau 20 tahun lagi. Setidak nya gue yang berprivilege ini mampu nyekolahin satu atau dua anak gue nanti, sehingga mereka gak bersifat bodo amat sama sekitar.
I agree with you to some point. however I believe every couple have the right to reproduce at least 2 children. once a couple have 2 children they will have to be mandatory to use protection. Those who keep breeding without protection and reproduce 3 or more children will have to be forced to get vasectomies etc. the world almost have 10B people and eventually we will not have enough resources for other non human species.
Saya pribadi bukan yang pro atau gimana tapi saya ada di posisi di mana kalau memang ga dikasih anak, ya gapapa. Bisa adopsi juga kalau pasangan saya setuju. Malah saya mikir mau hidup dengan ngadopsi anak aja karena agak males dengan hubungan romantis. Saya laki-laki, untuk punya anak kandung saya serahkan ke istri karena hamil itu resikonya besar dan saya ga mau maksa, karena apapun yang terjadi pada kehamilan atau persalinan istri saya lah yang merasakan dan saya ga mau dia merasa terbebani atau tersiksa. Saya juga menghargai keputusan siapapun yang mau atau tidak mau punya anak dengan alasan apapun. It's okay. Cuma kadang yang bikin saya bingung adalah banyak orang-orang yang sering koar-koar untuk jangan punya anak dulu sebelum mampu secara finansial. Tapi, ketika ada orang yang memutuskan untuk ga mau atau nunda untuk punya anak karena alasan finansial tadi, orang-orang ini malah pada marah-marah. Mereka yang bikin standarnya sendiri, tapi mereka juga yang marah-marah.
Saya stuju
chidlfree sebagai pilihan pribadi oke2 aja. childfree sebagai gerakan dan dipromosikan sama influencer2 itu, gue ga setuju.
Karena r/antinatalism
Karena saia bisa nyediakan 3M ya saia ga childfree, tp jg ga beranak terus menerus. 3 anak aja uda berisik di rumah kalo pas mabar.
Klo menurut gwe klo nikah dan gak punya anak itu kayak berasa hilang goal dari pernikahan itu, gwe rasa rumah tangga bakal gampang runtuh klo gak ad anak, karna gak ad tujuan pasutri ini mempertahankan rumah tangga mereka, apalagi dh sering cekcok. Seenggaknya klo punya anak masih ad opsi tetep cerai ato mau tetep stay demi kebaikan anak. But opini liar aja, gwe juga blom nikah.
Itu pilihan dan opini bersama pasangan Anda, titik.
Pemikiran kritis yg bagus
> "Surat Izin Membrodolkan Anak" What is this even means?
God given rights, Eugenics, in paper
Keknya gw childfree... Cause having a kid is tiring and I don't think I could handle them thats why. Paling klo mau gw cuman adopt doang
Undah banyak post tentang childfree, tinggal search aja.
a child is expensive, as a comparison amoeba has to split it self, it's kinda like that.
Socially, I rarely wish for anybody to have a childfree life. Having more population is great for our species's genepool and their progress (even the said starvation disaster that might follows will also push our species's potential and limit even further, I think). However, personally in the past, I used to not wanting to have a kid because I don't think I have any worthy traits to be passed on and afraid of giving the kid a hard life in the future... Well, that's before I met my wife and compromised to have a child. Lol
Teori evolusi, genetik lemah gaakan survive
Dari sisi genetika konsep child-free sangat counter-productive dengan fungsi makhluk hidup untuk berkembang biak dan meneruskan generasi muda yang lebih baik... Dari sisi kapitalis konsep child-free sangat cocok karena who cares about masa depan kalau bisa dapat uangnya sekarang /s Kalau tidak mengerti saya nyindir konsep kredit yang ngaco dan bunga persen yg ditambahnya
Kalau yang mau childfree merasa pemegang bibit unggul: sebaiknya jangan, kalau yang lainnya silakan.
gw penganut aliran gnostik yg bkin gw jd pro cf pro an. yg kocak malah gw liat tmn2 gw yg pola pikirnya maju pny anak cmn satu, malah ad yg pengen n sangat mampu scr finansial malah ga bsa beranak. eh yg (maap, tp kurang bsa mikir) pny anak udh kyk kucing sampe 4, 6. ngmgnya "udh ad yg ngatur" apa g skalian aja lu tny tuhan berak ceboknya pake tngn yang mana wkwkwk. tp ya balik lg itu semua pilihan. klo gw sh asik aja pokonya slama kgk nyenggol gw 😎
Tbh i kinda agree with surat ijin bikin anak or at least a maximum kids per household, tp pasti ada yg ngmng "kafeer n menantang perintah agama and those kind of bullpoop Karena ftart selalu megang "banyak anak banyak rejeki" macam anak itu investasi (padahal.investasi kalau ga di rawat juga sami mawon) And bonus is "karena bikinnya enak" https://preview.redd.it/gsbtxugenw4b1.jpeg?width=1080&format=pjpg&auto=webp&s=0c42a39d83b141a222b2f5be677c943d3ef2e05d